Tuesday, November 13, 2007

SELAMAT JALAN CALON JAMAAH HAJI INDONESIA

Musim Haji datang lagi. Sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga kami mengunjungi keluaga yang hendak menunaikan ibadah haji. Di akhir bulan syawal ini mama caca juga menyempatkan diri mengunjungi beberapa sodara yang hendak berangkat haji. Dengan tujuan mempererat silaturrahim, mendoakan kelancaran ibadah hajinya serta minta ikut didoakan di tempat-tempat mustajab jika sudah sampai di tanah suci nanti.

Dulu mama caca gak begitu peduli dengan tradisi yang satu ini. Bagi mama caca, mengunjungi sodara yang hendak pergi ke tanah suci bukan sesuatu yang mesti mendapat perhatian khusus. Tapi belakangan mama caca berubah pikiran. Setelah mama caca merasakan sendiri besarnya perhatian para sodara dan tetangga ketika mama caca hendak berangkat haji. Ternyata tradisi mengunjungi para calon jama’ah haji memang bukan sekedar gaya-gayaan. Namun ada kearifan lokal di sana. Bagaimana masing-masing pihak –calon jama’ah dan para tamunya- saling memberikan motivasi dan sharing pengalaman. Dan bagi mama caca motivasi dan bagi-bagi pengalaman yang dilakukan cukup memberikan kekuatan positif bagi jama’ah yang hendak berangkat.

Haji memang bukan ibadah yang ringan. Tidak sebagaimana syahadat, sholat, puasa ato zakat. Dalam haji Alloh menggarisbawahi “Bagi yang mampu”. Baik mampu secara fisik, finansial maupun dari segi keamanan. Nyatanya memang dibutuhkan tekad yang kuat bagi yang hendak melakoninya. Disamping dibutuhkan biaya yang tak sedikit, -dari mulai biaya resmi ataupun yang gak resmi- juga amat penting memelihara kesehatan fisik, kesabaran, rasa rendah hati dan tawakkal.

Ada banyak cerita seputar perjalanan ibadah haji. Dulu mama caca pun pernah menuliskannya. Tentang calo Hajar Aswad ataupun tentang julukan Siti Rahmah bagi perempuan Indonesia. Namun ada catatan lain yang ingin mama caca ceritakan kali ini.

Ketika hendak berangkat haji, terus terang, ada rasa bimbang di benak mama caca. Sudah layakkah menjadi tamu Alloh saat ini. Saat itu rasa malu kerapkali memenuhi hati. Benarkah Alloh menghendaki hambanya yang penuh dosa ini menjadi tamu-Nya?? Tapi lagi-lagi mama caca mencoba mengatasi keresahan itu dengan membaca lagi firman-Nya, bahwa Alloh mencintai makhluknya yang berprasangka baik terhadap qodlo’ dan qodar-Nya. Dan kepasrahan itu datang dengan perlahan.

Alloh Maha Besar. Selama di tanah suci, justru banya kemudahan yang mama caca rasakan. Disaat para jama’ah lain sibuk mengatur uang saku untuk keperluan makan selama di Makkah, mama caca dan rombongan justru bertempat di maktab yang dimiliki oleh seorang syeikh yang memberikan shodaqoh berupa makan gratis sehari tiga kali bagi setiap jama’ah haji yang tinggal di hotelnya. Alhamdulillah, Siapa yang bisa menyangka akan mendapatkan rezeki sebesar itu. Bisa menghabiskan waktu di kota tempat ka’bah didirikan tanpa perlu memikirkan kebutuhan belanja dan masak untuk makan dan minum sehari-hari.

Belum lagi ketika musim kelaparan di Arofah dan Mina –yang konon menjadi berita besar di koran-koran Indonesia- Saat itu mama caca justru merasa cukup. Sebab ketika jama’ah hendak berangkat ke mina, mama caca berangkat dengan membawa makanan cukup. Seperti roti, susu, mie instan, madu dan pisang. Padahal saat itu sudah diperingatkan oleh petugas untuk tidak membawa bekal makanan, hingga banyak dari jama’ah haji yang tak membawa bekal makanan apapun sesampainya di Arafah. Tapi mama dan abah caca tetap memilih mengikuti kata hati. “Siapa tahu makanan yang disediakan pihak catering tak cocok dilidah.” Begitu pikir mama caca. Tapi semuanya adalah rizki. Tak perlu sombong atau tinggi hati. Justru saat seperti itu adalah waktu yang tepat untuk intropeksi. Betapa Allah telah amat sayang kepada kita. Sudahkah amal perbuatan kita layak mendapatkan penghormatan serupa. Astaghfirullohal‘adzim...

Dan begitulah, mungkin benar kata ulama, bahwa padang Arofah adalah cermin kecil padang maghsyar. Saat itu, orang seperti tidak bisa menipu diri atas kebiasaannya sehari-hari. Ketika segala hal menjadi terbatas, orang yang terbiasa berdzikir akan tetap berucap kalimat-kalimat thoyyibah. Tapi bagi yang terbiasa mengumpat, mengejek dan menyakiti orang lain juga akan melakukan hal yang sama. Padahal Cuma dalam hitungan jam kita diuji. Entahlah, bagimana laku kita di padang maghsyar nanati. Wallahu a’lam...

Saturday, November 10, 2007

BERBINCANG TENTANG SIRIKIT SYAH

Sirikit Syah, sebuah nama yang tak asing bagi penikmat karya sastra. Mungkin baru dua buah buku kumpulan cerpennya yang terbit. Tapi siapa yang bisa menolak pesona cerita-cerita yang disuguhkannya?

Mama caca mengenal karya sastrawan perempuan ini kurang lebih delapan tahun yang lalu. Ketika itu mama caca masih berstatus mahasiswi baru. Mama caca memang bisa dibilang pecinta karya sastra. Setiap buku baru tak kan rela mama caca lewatkan tanpa membacanya. Segala cara akan mama caca tempuh agar buku-buku itu bisa terbaca. Entah dengan membeli atau pinjam pada teman. Pokoknya kudu bisa ikut baca.

Hingga sehari sebelum caca lahir, boleh dibilang semangat membaca mama caca belum mati. Bahkan, ketika hamil pertama dulu, mama caca hampir menghabiskan separo hari di perpustakaan Monash University. Ketika abah caca sibuk dengan tugas-tugasnya, mama caca juga sibuk menikmati buku-buku gratis yang tak mungkin bisa dilahap seleluasa itu jika sudah balek ke negeri sendiri. Meski setelah caca lahir, daya konsentrasi dan hobi membaca sudah tak lagi sekuat dulu.

Kegemaran melahap karya sastra memang masih berlanjut hingga kini. Kemarin, ketika jalan-jalan ke Gramedia, mata mama caca kembali tertumbuk pada nama Sirikit Sah. Mungkin memang bukan buku baru. Tapi bukankah yang disebut baru bisa juga berarti sesuatu yang “Baru” ditemukan. Dan kali ini mama caca memang merasa baru menemukan karya baru itu. Judulnya Sensasi Selebriti. Ini adalah kumpulan cerpen Sirikit yang kedua. Maklum, diantara hobi menulisnya, perempuan yang berdomisili di kota pahlawan itu juga berprofesi sebagai pendidik, jurnalis dan peneliti. Tapi sungguh, meski baru dua kali menerbitkan kumpulan cerpennya, karya Sirikit tak bisa dibilang cela. Selalu ada kesan tersendiri setiap kali membaca kisah-kisahnya.

Harga Perempuan adalah judul pertama kumpulan cerpen milik Sirikit Syah. Pengarang perempuan yang –konon- namanya terilhami oleh kedatangan Ratu Sirikit ke Surabaya saat pengarang itu lahir. Dari sekian cerpen yang tertulis dalam Harga Perempuan, ada dua judul cerpen yang –terus terang- masih terus terngiang di benak mama caca. Pertama adalah cerpen yang berjudul Wanita Kedua. Cerpen ini bercerita tentang seorang perempuan yang berposisi sebagai istri kedua. Pilihan yang dilakoni sama sekali bukan lantaran kegenitan atau kesilauannya untuk hidup enak. Tapi semata karena keadaan yang memaksanya memilih posisi itu. Dalam Wanita Kedua, Sirikit memang terbilang lihai membuat suspen. Pembaca terkejut saat diakhir cerita, putri sang tokoh pun memilih melakoni hidup yang tak jauh beda dengannya. Mencintai laki-laki yang tak mampu meninggalkan istri dan keluarganya.

Sedangkan yang kedua adalah cerpen berjudul Perempuan Suamiku. Dalam cerpen ini Sirikit berkisah tentang seorang perempuan cantik, menarik, cerdas, kaya, sukses dan modis tentu saja. Perempuan sempuarna ala sinetron kita. Namun dia seolah ditampar kotoran ketika mendapati bahwa dia harus berbagi suami dengan seorang seniman perempuan yang sama sekali tak lebih muda, tak lebih cantik bahkan tak lebih rapi dan wangi dibanding dirinya.

Cara Sirikit berkisah memang tak biasa. Selalu ada keputusan yang mengambang di akhir cerita. Seolah pembaca dibiarkan melanjutkan imajinasinya. Tanpa mencampuri keputusan apa yang mesti diambil oleh pembaca jika mereka mengalami kejadian yang sama dengan tokoh yang dituliskannya. Dan dua cerpen itu ternyata juga bisa kembali mama caca dapati di kumpulan cerpennya yang kedua.

Ada kisah tersendiri yang mama caca alami berkaitan dengan cerpen Perempuan Suamiku itu. Ketika itu mama caca masih jadi mahasiswi yang mondok di Krapyak. Teman-teman satu kamar semua baca Harga Perempuan dengan bergantian. Lumayan kan, yang beli satu orang, tapi semua penghuni kamar yang berjumlah enam orang bisa ikut menikmatinya. Suatu hari kita berenam mengikuti sebuah acara budaya yang digelar oleh seniman-seniman Jogja di Parang Kusumo. Acara di buka dengan orasi budaya oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Ketika itu, tiba-tiba mata mama caca tertumbuk pada sesosok perempuan yang sedang duduk bergerombol dengan para seniman lain. Penampilannya cuek, seadanya. Wajahnya agak pucat tanpa make up. Dia duduk sambil menyelonjorkan kakinya. Perempuan itu terlihat cuek dengan kondisi di sekelilingnya. Matanya menerawang melihat angkasa sambil menghisap perlahan rokok yang terselip di bibirnya. Ketika itu, mama caca langsung berbisik pada teman-teman serombongan, “Mungkin, perempuan seperti itu yang ditemui Sirikit ketika menuliskan cerpen Perempuan Suamiku.” Ujar mama caca yang segera diamini oleh yang lain. Ya... Mungkin saja. Siapa tahu...

Thursday, October 11, 2007

Thursday, October 4, 2007

GARA-GARA KUCING GARONG


“Kucing Garong”, tentu sudah tak asing lagi, ini sebuah judul lagu dangdut yang cukup populer saat ini. Diadaptasi dari lagu berbahasa daerah pesisiran. Beberapa waktu lalu mama caca membaca sebuah artikel di majalah Femina. Dalam artikel itu penulis bercerita tentang pengalamannya ketika suatu ketika terlibat dalam sebuah kegiatan amal di Jakarta. Penulis yang hari-harinya lebih banyak dihabiskan di negara kanguru itu tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan amal untuk menghibur anak-anak korban banjir. Dan begitulah, demi menghibur anak-anak itu, dibuatlah sebuah panggung kecil dengan seorang biduan yang mengajak bocah-bocah kecil itu bernyanyi bersama.

Lagu pertama adalah Bintang Kecil. Lagu legendaris yang dipikir akan sangat akrab bagi telinga audiens kecilnya. Tapi wow, ternyata tak seorangpun yang menyahuti nyanyian si biduan. Lagu kedua pelangi-pelangi, lagi-lagi tak ada seorangpun yang terlihat antusias mengikuti tepuk tangan si penyanyi. Akhirnya, setelah dua lagu usai tanpa reaksi yang menggembirakan dari penonton. Tak kehabisan akal, sang biduan mengajak bocah-bocah kecil itu bernyanyi Kucing Garong. Wah, siapa sangka, panggung kecil itu langsung riuh dengan sahutan suara bocah-bocah kecil yang ikut bernyanyi sembari bergoyang. “Kelakuan si Kucing Garong.....” Tentu saja kejadian itu membikin penulis mengurut dada. Ikut prihatin dengan “selera” baru anak-anak kita.

Membaca artikel tersebut, mama caca hanya tersenyum dan membicangkannya dengan santai bersama abah caca tentang fenomena si Kucing Garong itu. Tapi tak lebih satu minggu setelah membaca artikel itu, mama dan abah caca dikejutkan dengan ulah caca. Sore itu televisi sedang menyala. Mama dan abah caca lagi ngobrol santai. Tiba-tiba sebuah lagu muncul di televisi, “Kamu ketahuan, pacaran lagi, dengan dirinya..” Dan dengan fasih caca menirukannya hingga akhir lagu. Abah caca geleng-geleng kepala.

Belakangan orang serumah baru tahu, ternyata bukan itu saja lagu orang dewasa yang dihafal caca. Bahkan lagu Kucing Garong yang mama caca sebelin itu. Duh, kalo sudah begini.. apa benar, memang selera bocah kecil sekarang sudah berbeda. Meski mama caca masih cukup lega, bahwa bukan hanya lagu-lagu dewasa itu yang dihafal caca, tapi juga doa-doa, salawat, fatihah dan lagu-lagu anak yang ceria itu...

Wednesday, October 3, 2007

DAPAT PE-ER NIH...

Nih Pe-eR pertama yang mama dapet selama menyandang status blogger mania. Asyik juga sih ngerjain Pe-eR tentang habits kita. Oke mama, Pe-eRnya dah diseleseiin nih. Jangan lupa bonusnya ya.. plus THRnya. Kan mo lebaran.

Aturan mainnya:
1. Each blogger must post these rules
2. Each blogger starts with eight random facts/habits about themselves
3. Bloggers that are tagged need to write on their own blog about their eight things and post these rules, at the end of your blog, you need to choose eight people to get tagged and list their names
4. Don't forget to leave them a comment telling them they've been tagged and to read your blog

1. Pindang ‘n Sambal Balacan
Wow, ini sepasang makanan favorit mama caca yang nggak bisa ditawar lagi. Pindang adalah sejenis ikan laut yang nggak terlalu besar. Rasanya khas banget dan –menurut mama caca- cita rasanya tak tergantikan oleh ikan laut jenis apapun. Asyiknya, pindang disantap bareng nasi hangat, sambal balacan (sambal terasi) dan lalapan. Duh, kalo sudah ketemu menu yang satu itu, dijamin, pasti mama caca bakalan nambah ampe 2 piring. Ampun deh kata abah caca. Makanan favorit kok ndeso banget.

2. Rambut Panjang = No
Rambut mama caca emang ikal dan sulit banget ditata. Dirapiin seperti apapun, jatuhnya pasti awut-wutan lagi. Dulu waktu masih sekolah, temen-temen pada komentar “wah, kalo ada yang naksir kamu, pasti dibatalin begitu liat model rambut kamu.” Makanya, mama caca gak pernah berpikir buat manjangin rambut.

3. Pilek Kok Tiap Hari!!
Bisa dibilang, setiap hari mama caca pasti pilek. Temen-temen juga pada komentar, setiap ketemu kamu kok pilek sih. Emang iya. Untuk kebiasaan yang satu ini berkaitan dengan alergi yang diidap mama caca. Maklum mama caca punya penyakit asma. Dan paling anti ama yang namanya dingin. Tapi jangan kuatir, pilek mama caca ini gak sama dengan pileknya orang yang lagi influensa yang menular. Soalnya, pileknya muncul berkaitan dengan alergi.

4. Obat ‘n Tissu
Saking seringnya terserang pilek, mama caca wajib membawa tissu dan obat kemana-mana. Soalnya, asma ato pileknya mama caca suka datang dengan tiba-tiba tanpa diminta.

5. Alergi Udang
Jangan suguhi mama caca udang. Sebenarnya suka sih maem udang. Tapi sayang, mama caca alergi berat. Pernah suatu ketika mama caca masak udang buat abah caca. Karena tergiur, mama caca mencicipi kuahnya. Gak tahunya, seperempat jam kemudian seluruh badan mama caca membengkak dan dada terasa sesak. Akhirnya mesti buru-buru minta obat anti alergi deh.

6. Gak Bisa Basa-basi
Basa-basi adalah sesuatu yang paling nggak disukai mama caca. Daripada sok senyum-senyum ato pura-pura asyik ngobrolin sesuatu yang nggak menarik, mama caca mending diem. Mungkin kalo yang belum kenal pada “nuduh” mama caca sombong. Tapi sungguh, mama caca tersiksa banget kalo suruh berbasa-basi ato ngadepin orang yang suka basa-basi. Enggak banget lah pokoknya.

7. Sulit Ngapalin Nama
Ini masalah tersendiri buat mama caca. Apalagi di kampung ini, mama caca terbilang sebagai orang baru. Jadi otomatis banyak orang baru yang mama caca temui. Seringnya habis kenalan trus lupa lagi namanya. Ujung-ujungnya pas ketemu lagi dan mama caca gak nyapa duluan, dibilang sombong lagi deh. Kasian banget mama caca.

8. Suka Musik
Makanya mama caca suka liat MTV. Pernah sih abah caca ngolok-olok, “Ibu-ibu kok liatnya MTV.” Ya nggak pa-pa tho, daripada liat senetron yang orangnya suka mendelik terus... kan mendingan liat acara musik di MTV. Hehe...

Sekarang giliran mama caca yang nglemparin Pe-eR buat blogger yang lain. Berikut nama-nama yang ketiban tugas. Hehe...
1. Yunest
2. Lely di Cairo
3. Annisa di negeri Sakura
4. Dodo di Jogja
5. Rif’an di Mesir
6. Bunda gege di Malaysia
7. Bunda Ryuta di Jepang
8. Triple’s mom

Sunday, September 30, 2007

HARI-HARI DI BULAN SUCI

• CERIANYA RAMADLAN
Datangnya Ramadlan berarti hadirnya suasana baru dalam mengisi hari. Terhitung sejak tiga tahun lalu, mama caca menghabiskan bulan puasa di kampung caca. Sebagaimana di tempat lain, selalu ada nuansa khas setiap ramadlan datang. Dimulai setengah satu malam, pemuda RT sebelah mulai terdengar riuh memperdengarkan alat musik seadanya. Sambil berteriak membangunkan orang untuk segera mempersiapkan hidangan sahur untuk keluarga. Mereka berkeliling menyusuri gang-gang di RT mereka. Berikutnya, ketika jam menunjukkkan pukul 2.30, giliran pemuda di RT caca yang berkeliling sambil memperdengarkan berbagai alat musik. Ada kentongan, galon bekas wadah air mineral dan organ. Semuanya diperdengarkan. Rame kayak nano-nano. Kalo sudah begini, caca pasti langsung bangun dan bergegas lari menuju jendela. “Hore... ada drum band.” Teriak caca sambil tertawa riang. Huh, sempeh deh.. masak drum band pake kentongan. Dasar caca!!

Berikutnya sahur bareng. Ini kosa kata baru buat caca. Selama Ramadlan, banyak kosa kata baru yang dikenali bocah cilik itu. Mulai dari puasa, berbuka, sahur, tarawih atau tadarrus. Caca juga suka ikut nimbrung jika orang dewasa melakukan aktivitas itu. Kecuali puasa. Kalo ditanya, “lho, adek kok nggak puasa?” pasti jawabnya tahun depan, soalnya sekarang masih kecil. Hehe...

Kegiatan ramadlan dimulai tanggal 2 hingga 16 Ramadlan. Malam 17 Ramadlan diisi pengajian sebagai penutup aktifitas Ramadlan. Seperti dua Ramadlan sebelumnya, kali ini mama caca ikut mewarnainya dengan mengkaji sebuah kitab yang ditulis pada tahun 1358 H oleh seorang ulama Jawa, an-Nawawi. Terbilang kitab lama memang. Judulnya Sulam at-Taufiq. Namun bukan Sulam at-Taufiq nya yang kali ini mama baca, tapi syarh atau penjelasannya. Berisi tentang hukum Islam yang bernuansa tasawuf. Awal-awal Ramadlan, caca selalu protes tiap kali mama caca ngaji. Tapi lama kelamaan dia bisa ngertiin dan mau menunda kolokannya hingga mama caca usai.

Tarawih juga menjadi keasyikan tersendiri bagi caca. Saat tarawaih, caca bisa bertemu teman-teman kecilnya yang juga ikut tarawih bersama ibunya. Hingga dua kali salam, biasanya caca masih ikut sholat. Tapi jangan ditanya setelah itu. Kaburr.. hehe...

• SEDIHNYA RAMADLAN
Bukan hanya ceria, Ramadlan kali ini cukup menyedihkan bagi mama caca sekeluarga. Maklum, terhitung telah dua kali mbah kakung mesti diopname di rumah sakit. Awalnya hanya dua hari, setelah dibawa pulang dan dinyatakan cukup untuk rawat jalan, tak tahunya empat hari berikutnya mbah kung harus kembali diopname.

Tapi alhamdulillah, sekarang beliau sudah membaik. Kembali sahur dan berbuka puasa bersama keluarga di rumah. Meski setiap hari harus selalu menyediakan tabung oksigen di rumah. Buat semuanya, doain ya.. semoga mbah kung dan kami sekeluarga selalu diberi kesehatan dan kemudahan. Amin...

Friday, August 31, 2007

CURHAT DI USIA KEHAMILAN KE 17 MINGGU

Memasuki minggu ke 17, seringkali mama caca merasa tak nyaman dengan kehamilan kedua ini. Sejak awal, kehamilan kali ini emang membuat mama caca resah. Pertama; karena flek-flek yang sering muncul di awal kehamilan. Kedua; berat badan yang tak juga mengalami perubahan meski usia janin terus bertambah. Ketiga; sulitnya mencari orang yang benar-benar bisa ditanyai mengenai kondisi kehamilan.

Mengenai problem pertama yakni munculnya flek-flek di awal kehamilan, menurut dokter, flek itu muncul karena pengaruh kontrasepsi yang digunakan sebelumnya. Untungnya, pada minggu ke 10, flek-flek itu tak lagi datang.

Untuk yang kedua; yakni berat badan yang tak juga bertambah memang sempat membuat mama caca resah. Maklum, pada kehamilan pertama tiap bulannya bisa nambah berat bada 2-3 kg. Jadilah mama caca benar-benar endut ketika hendak melahirkan. Berbeda dengan kehamilan kali ini. Hingga memasuki minggu ke 17, tak satu kilogram pun berat badan mama caca nambah. Makanya, selain konsultasi pada dokter kandungan, mama caca juga curhat kiri-kanan tentang masalah ini. Termasuk pada mama Ameera. Makasih masukannya ya.. mom...

Tentang sulitnya mencari orang yang benar-benar bisa ditanyai menjadi persoalan tersendiri. Mungkin ketika kehamilan pertama, mama caca sudah terbiasa mendapatkan kemudahan dalam pelayanan kesehatan dan kehamilan. Maklum, saat di Aussie dulu, meski jauh dari sanak saudara, tapi ahli medis selalu siap memberikan pelayanan terpercayanya. Keluhan apapun akan dijawab dengan keterangan medis yang memadai dan rujukan pada dokter yang benar-benar ahlinya. Bukannya mama caca membanding-bandingkan atau gak percaya pada dokter di tempat mama caca. Tapi record mereka yang seringkali “tak profesional”lah yang membuat mama caca tak mudah percaya dengan keterangan seorang dokter. Setiap ada sesuatu yang mengganjal, mama caca akan berusaha mencari second opinion.

Contohnya pernah mama caca alami sendiri. Kejadiannya ketika caca berusia sekitar 10 bulan. Waktu itu caca batuk gak sembuh-sembuh. Kadang ampe 3x berobat batuknya tetep aja membandel. Dan sekali batuk bisa dalam hitungan tiga atau empat minggu belum juga sembuh. Berat badannya juga terus turun. Padahal makannya bejibun. Ketika itu mama caca memeriksakannya ke dokter –yang menurut orang se-kabupaten- adalah dokter paling bagus dan senior. Pasiennya bukan hanya datang Pati, tapi juga dari Jepara, Kudus dan Rembang.

Ketika mama caca mengeluhkan kondisi caca, dokter cuma bilang dia kena radang tenggorokon. Hingga obat habis dikonsumsi, satu, dua hingga empat bulan sakitnya tetap tak ada perbaikan. Dan mama caca kembali mengeluhkan batuk dan berat badan caca yang terbilang mulai dibawah rata-rata. Mama caca mulai panik. Namun, si dokter paling senior itu tetep ngotot bilang bahwa caca cuma kena radang tenggorokan. Dan dokter kembali memberikan resep yang sama dengan empat bulan sebelumnya.

Akhirnya, karena tak puas, mama caca berusaha mencari dokter lain. Dan caca dirujuk untuk dirotgen. Hasilnya, caca kena penyakit paru-paru TBC atau orang biasa menyebutnya flek. Duh, jauh banget, radang tenggorokan dan Flek. Hingga saat ini caca masih menjalani proses pengobatan penyakitnya itu. Ini bulan ke sembilan masa penyembuhan caca. Moga aja caca yang sekarang makin endut itu lekas sehat kembali. Amin.

Peristiwa ini belum seberapa. Kejadian yang lebih menggiriskan dialam oleh tetangga mama caca. Karena satu dan lain hal, seorang tetangga harus melahirkan bukan di RS, tapi pada bidan dekat rumahnya. Setelah melahirkan, si tetangga merasakan hal aneh karena buang air besarnya terjadi secara tak normal. Usut punya usut, ternyata si bidan keliru menjahit anusnya ketika si tetangga usai melahirkan. Hik... alangkah cerobohnya si bidan.

Ini sekedar curhat. Semoga kami senantiasa diberi kemudahan dan kesehatan. Doain ya.. calon adeknya caca tetep sehat dan baik-baik saja. Amin.

Tuesday, August 28, 2007

GERHANA BULAN

Semalam gerhana bulan menghiasi langit kampung caca. Suasana agak mendung. Tapi gerhana tak sepenuhnya menghilang. Sinar kemerahannya masih memancarkan pesona. Dalam dongeng kuno, dikatakan bahwa gerhana terjadi karena kemarahan raksasa Buto Ijo yang murka karena merasa tertolak dan terperdaya oleh kecerdikan sang putri idaman. Amarah sang Buto Ijo diwujudkan dengan mencaplok putri idaman yang telah berganti wujud menjadi bulan.

Dalam ajaran Islam, orang mengenal gerhana bulan sebagai salah satu peristiwa alam sebagai wujud kemahakuasaan Tuhan. Karenanya Islam mengenal sholat sunnah gerhana bulan (sholat khusuf) dan gerhana matahari (sholat kusuf). Sholat itu sendiri memang tidak dimaksudkan untuk menyembah atau menghormati gerhana bulan atau matahari. Namun sholat gerhana disunnahkan untuk merefleksikan kemahaagungan-Nya. Ada banyak pengetahuan dalam setiap peristiwa alam. Ada banyak syukur, takbir dan tahmid dalam setiap ciptaan-Nya.

Di lingkungan mama caca, semalam, sehabis maghrib, saat gerhana mulai mengintip dibalik awan, kita mulai sama-sama melafadlkan niat dan berucap takbir. Mulai melaksanakan sholat yang cara melakukannya tidak sebagaimana sholat sunnah biasa. Mungkin baru dua kali dalam seumur hidup mama caca melaksanakan sholat sunnah yang satu ini. Dan mama caca berharap semoga masih diberi umur dan kesehatan lagi agar bisa lebih banyak berucap syukur untuk-Nya. Subhanallah...

Saturday, August 25, 2007

BULAN SYA’BAN, AKHIR TAHUN AJARAN NIH....

Jika kita tengok penanggalan Hijriyyah, hari ini adalah minggu kedua bulan Sya’ban. Dalam kalender akademik di lingkungan mama caca, saat inilah akhir tahun ajaran. Itu artinya liburan sejenak untuk menyongsong Ramadlan yang full activity.

Setelah disibukkan dengan lomba-lomba memperingati hari kemerdekaan RI yang tahun ini hampir bersamaan dengan peringati Isri’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW, para siswa mulai khusuk mempersiapkan ujian akhir tahun. Kalo pada musim lomba kemarin lingkungan mama caca terlihat selalu ramai dan ceria. Terhitung sejak seminggu kemarin terasa sepi. Semua pada sibuk memindahkan seluruh isi buku ke kepala mereka dalam waktu semlam. Ah, dari masa ke masa, yang namanya siswa ternyata sama saja. Jika ujian datang, mereka paling gemar ngelakoni sistem kejar semalam. Padahal beribu malam dilewati. “Enakan juga nonton sinetron Cinta Fitri.” Begitu pikirnya. Kik... kik... Sama aja...

Seperti yang pernah mama caca ceritain. Di lingkungan mama caca, kalender akademik memakai sistem penanggalan Hijriyyah. Tidak seperti Masehi yang memakai matahari sebagai patokan, Hijriyyah memakai penanggalan bulan. Tahun ajaran baru dimulai pada minggu kedua bulan Syawal. Biasanya sepuluh hari setelah lebaran para siswa mulai masuk sekolah. Sedangkan pada bulan Sya’ban, mereka mengikuti ujian akhir semester untuk kemudian menikmati masa liburan panjang pada akhir Sya’ban hingga nanti sehabis lebaran. Tapi liburan panjang bukan berarti mati kegiatan. Hanya perpindahan aktivitas aja sebenarnya. Ramadlan justru jadi saat-saat yang mengasyikkan dengan aktivitas bejibun yang lain dari hari-hari biasa.

Hari ini hari terkhir para siswa mengikuti ujian. Wajah mereka kelihatan lebih ceria dibanding tujuh hari yang lalu. Liburan sepertinya udah terbayang dibenak mereka. Sebelum mereka pulang ke kampung halamannya masing-masing, masih ada satu aktivitas lagi yang mesti mereka lakoni. Acara perpisahan dan pelepasan kakak-kakak mereka yang sudah mengakhiri masa pendidikannya tahun ini.

Rencananya liburan kali ini abah caca mo ngajakin jalan-jalan ke Jakarta. Liburan sekaligus mulai nyicil buat persiapan lebaran dan berobat. Cuma lima hari aja sih mungkin. Tapi lumayan juga buat ngelemesin pikiran.

Wednesday, August 8, 2007

LAMA GAK UP DATE, (Met Ultah Abah)

Lama banget rasanya gak up date tulisan. Maklum, terhitung mulai 30 Juli kemarin, ada aja acara ini itu di rumah. Emang sih gak semua acara terkait langsung dengan mama caca. Tapi berhubung semua acara melibatkan orang-orang rumah, jadi deh mama caca juga ikutan sibuk. Dimulai dengan acara syukuran pernikahan dan lamaran sekpri-nya mbah kakung. Untuk acara lamaran ini, mbah putri sebenarnya yang paling sibuk. Soalnya, sekpri itu dah layaknya keluarga sendiri. Jadi mbah putrilah yang istilahnya jadi pihak pelamar dan mantu pada nikahan kali ini. Bisa kebayang kan gimana ribetnya ritual-ritual yang berkenaan dengan lamaran dan nikahan. Dari mulai nyiapain seserahan, syarat-sayarat adat yang mesti dipenuhi. Hingga lamaran dan tompo besan. Sumpeh, mama caca ngeliatnya aja udah bingung. Kok ada pisang raja dipakei topi segala. Kik..kik...

Setelah acara lamaran, manaqiban dan pesta pengantin itu, Hari berikutnya disusul dengan persiapan nrima tamu yang mo ngadain acara plus nginep di rumah mbah kakung. Gak tanggung-tanggung jumlahnya ada 50 orang yang datang. Semuanya terhitung masih saudara yang datang dari jawa timur sana. Kebayang dong gimana asyik dan ramenya acara itu.

Malam berikutnya syukuran ultahnya abah caca. Selamat ultah abah. Moga tambah sabar, tabah dan selalu mendapat kemudahan serta kesuksesan dalam hidup. Tak lupa pula mama caca berdoa semoga abah selalu sayang dan setia pada istri dan anak-anak. Amin. Gak terasa, ternyata udah tiga kali terhitung sejak menikah 2004 silam, mama caca nemeni acara ultah abah. Ultah pertama saat mama caca hamil caca. Waktu itu kita masih tinggal di aussie. Jadilah malam itu kita rayain bertiga, abah, mama caca plus janin yang ada di perut. Malam tgl 31 kita pergi ke pusat kota melbourne. Setelah kenyang menyantap berbagai menu di Crown, kita lanjutkan acara dengan menghabiskan malam di tepi sungai Yarra. Duh, romantis banget. Dari tepi Yarra, kita bisa menyaksikan siluet bangunan dan pohon berikut lampu-lampu yang berjajar menghias kanan kiri sungai itu. Sebenarnya pingin sih mengulang suasana romantis itu. Tapi sayang, tak ada sungai yang bersih dan terawat di kota caca. Bahkan, hanya ada satu sungai yang membelah kampung caca. Namanya kali keching. Disebut demikian karena baunya yang minta ampun kechingnya. Duh, mana tega duduk berdua di tepi kali seperti itu...

Ulatah kedua, saat kita bertiga dah pulang kampung. waktu itu syukuran ditandai dengan pembacaan manaqib Syeikh Qodir al-Jailani dan pemotongan tupeng serta doa bersama yang dipimpin mbah kakung. Memang udah jadi tradisi di tempat caca. Acara syukuran selalu ditandai dengan pengajian dan pembacaan manaqib tokoh sufi dan thoriqoh asal Baghdad itu. Mama caca juga gak tahu mengapa ada tradisi semacam itu. Tapi yang jelas tradisi manaqiban itu membuat pertalian kekeluargaan dan persaudaraan di kalangan warga kampung caca semakin guyub dan erat. Karena saat manaqiban itu pulalah salah satu kesempatan bertemu dan bertukar kabar terjadi.

Dan demikian juga ultah yang kemarin. Dimulai dengan sambutan mbah kakung. Lalu pengajian dan pembacaan manaqib. Tapi tak ada tumpeng kali ini. Tapi diganti dengan menu masakan padang. Lengkap dengan sambal lombok ijo dan daun singkoknya tentu saja. Gak ada alasan khusus kenapa tumpeng itu mesti diganti menu padang. Selain karena pingin ganti suasana dan pengalaman syukuran sebelumnya. Di syukuran sebelumnya emang tumpengnya banyak sisa. Sayang juga kan. Akhirnya kita berinisiatif ganti menu. Biar tamu dan yang punya rumah gak bosen.

Akhirnya, sekali lagi met ultah abah... Janji lho, sabuk hadiah ultahnya gak disia-siain. Kalo suka ya dipake dong... hehe...

Tuesday, July 24, 2007

NGIDAM DAN NOSTALGIA BUAH-BUAH LANGKA

Mungkin benar, bahwa ngidam pada perempuan hamil hanyalah mitos. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa ngidam adalah keinginan bawah sadar tubuh perempuan bagi pemenuhan gizi badan dan janin yang dikandungnya. Tapi entahlah, mungkin ini sekedar sugesti. Tapi sejak kehamilan yang pertama dulu, selalu saja timbul keinginan –yang sulit untuk ditolak- mendapatkan makanan-makanan yang sebenarnya sulit didapat. Atau bisa jadi ngidam adalah ekspresi perempuan hamil yang selalu ingin mendapatkan perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya.

Ketika sedang hamil caca dulu, mama caca serasa tak tahan menahan godaan untuk makan buah asam. Tamarind orang aussie bilang. Tamarind yang masih terbungkus kulit aslinya. Mungkin ketika itu bawah sadar mama caca ingin bernostalgia. Maklum, dulu ketika kecil, ada sebuah pohon asam tua di belakang rumah nenek di kediri. Tiap kali pohon itu berbuah, mama caca bersama teman-teman kecil ketika itu, selalu berebut buah-buah asam yang berjatuhan. Buah yang rasanya seperti namanya itu memang otomatis akan berjatuhan begitu matang. Tapi jangan harap mendapatkan buah asam yang matang jika masih tergantung di pohonnya.

Keinginan untuk makan tamarind ketika hamil caca dulu emang terlaksana. Abah caca berhasil mendapatkan buah itu di sebuah toko buah. Saat itu mama caca girang bukan main. Buah asam masih lengkap dengan kulitnya terhidang di depan mata. Tapi ternyata buah itu tak berasa asam seperti biasanya. Maklum, asam itu hasil kerja petani Thailand yang dengan kecanggihan teknologi pertaniannya mampu membuat buah asam yang memang asam menjadi buah asam yang tak lagi berasa asam.

Kini kehamilan kedua datang. Lagi-lagi keinginan kembali merasai buah-buah masa kecil dulu kembali muncul. Kali ini mama caca ingin sekali makan buah juwet. Mungkin tak semua orang tahu buah yang satu ini. Buah juwet disebut pula anggur jawa. Sebab bentuk juwet memang hampir sama dengan buah anggur. Tapi teksturnya lebih padat dan rasanya sepet. Jika musim juwet tiba, anak-anak kecil di kampung mama caca dulu akan berebut memanjat pohon dengan membawa kantung demi memperoleh buah yang sekarang sudah langka itu. Setelah terkumpul, juwet-juwet itu akan dimasukkan ke dalam wadah dan dicampur dengan garam. Setelah dicampur rata, buah itu akan terlihat lecet-lecet. Ajaibnya, rasa sepet akan berganti rasa asin campur manis begitu garam merasuk ke pori-pori si juwet.

Masih ada lagi sebenarnya buah berbau nostalgia yang tiba-tiba ingin mama caca rasai saat ini. Buah salam. Mungkin daun salam atau bay leaf terasa lebih familiar di telinga para ibu dibandingkan rasa buahnya sendiri. Tapi buah salam yang mama caca maksud kali ini memanglah buah dari daun yang biasanya dipakai sebagai bumbu dapur itu. Buah salam berwarna hitam, kecil seukuran buah cermai. Duh, andai orang-orang kampung masih gemar menanam tanaman-tanaman tua itu...

Sayangnya, meski kini mama caca tetep tinggal di kampung, buah yang dirindukan itu tetap saja tak mudah dijumpai. Maklum, orang sekarang lebih suka menanam bunga daripada menanam pohon dengan buah-buah langkanya. Padahal untuk negara sesubur Indonesia, amat sayang membiarkan tanah terhampar tanpa memanfaatkannya untuk menanam tanaman-tanaman yang lebih jelas manfaatnya. Tanaman yang bukan sekedar indah, tapi juga bisa dirasai dan dikenal oleh generasi-generasi setelah kita sebagai bagian kekayaan Indonesia.

Monday, July 23, 2007

LELAKI TUA DAN SEEKOR KUCING

Suatu siang. Seorang lelaki tua duduk sendiri. Sepi. Seluruh anggota keluarga sibuk dengan urusannya masing-masing. Tak ada yang peduli, seorang lelaki tua sedang ingin ditemani. Untuk berbincang sekedar demi pengusir rasa sepi. Atau sekedar mengenang hari-hari yang pernah terlewati.

Ah, mungkin terasa aneh jika lelaki tua itu merasa sunyi. Bukankah dia lelaki yang terkenal di seantero negeri. Wajahnya kerapkali menghiasi majalah, koran, sampul-sampul buku atau tevelisi. Namanya tertera di berbagai organisasi. Tapi itulah yang terjadi. Mungkin melewati hari-hari di ruang rapat atau diskusi tak akan setara dengan kebersamaan di ruang makan atau di teras depan rumah. Suatu kali bercanda dengan anak cucu lebih dirindukan daripada berjumpa dengan seribu orang di berbagai forum. Dan siang ini dia kembali merasa sepi. Sepi bukan karena tak ada lagi orang yang mengenal atau menunggu-nunggu kesempatan bertemu dengannya. Tapi rasa sunyi yang tumbuh karena siang itu terlewati tanpa ada yang menemaninya melewati hari dengan sederhana. Melewati hari dengan sekedar bercerita atau bersenda gurau seadanya.

Saat sunyi kian terasa. Seekor kucing tampak melintasi ruangan. Bejalan pelan. Lalu terbaring tepat di samping si lelaki tua. Dielusnya kepala binatang rumahan yang katanya gemar mencuri ikan itu. Si kucing tampak menikmati elusan sayang di kepalanya. Ia terkantuk-kantuk. Kedua makhluk Tuhan itu tampak saling mengulum senyum. Mungkin mereka saling merasai arti kehadiran satu sama lain. Dan wajah sepi mulai berganti warna-warni..

Sunday, July 15, 2007

KOPDARAN??

Caca lagi libur panjang. Hampir satu bulan. Dan ini bukan persoalan mudah bagi orang-orang di rumah. Maklum, tiap kali ngerasa bosan, caca pasti bikin ulah yang bisa bikin bete orang-orang serumah. Asal tahu aja, Cuma caca yang sedang libur sekolah, yang lainnya lagi masa aktif. Maklum, sekolah –kecuali play groupnya caca- di lingkungan mama caca emang punya masa libur yang tak sama dengan sekolah-sekolah lain. Di sini sekolah mengikuti kalender Hijriyyah, bukan Masehi. Jadi libur panjang adalah bulan Maulid (tengah semester) dan libur Ramadlan (Akhir semester).

Tapi meski begitu, abah dan mama caca mesti pinter-pinter menghitung hari biar caca bisa menikmati masa liburannya. Setelah sebelumnya pulkam ke kediri, selasa ampe sabtu kemarin caca sekeluarga jalan-jalan ke Jakarta.

Dan begitulah, selasa siang kita berangkat dari Pati. Nyampe Semarang ternyata masih ada waktu 2,5 jam buat nunggu kereta berangkat. Daripada kelamaan di stasiun Tawang, akhirnya kita milih jalan-jalan. Saat itulah, mama caca inget ama mama salma. Duh, kenapa kemarin gak janjian buat kopdaran ya... padahal ini kesempatan bagus lho buat ketemuan ama mama salma. Sialnya lagi mama caca baru nyadar, ternyata mama caca gak punya alamat ato nomer kontak mama salma. Duh, gimana mo kopdaran kalo kontaknya aja gak tahu...

Ketika nyampe Jakarta dan mama caca jalan-jalan ke cempaka mas atau pas periksa ke dokter yang ada di daerah kelapa gading, mama caca juga inget punya temen blogger di daerah situ. Tapi lagi-lagi gimana mo kopdaran kalo gak punya nomer kontak yang bisa dihubungi. Ya udah deh... kopdaran emang mestinya direncanain. Gak asal gitu ya...

Friday, July 6, 2007

WOW, I AM PREGNANT!

“Hore.. adek caca mo punya adek.” Kali ini si kecil itu tersenyum sambil mencium perut mamanya.
Caca mungkin belum tahu, apa artinya punya adek. Tapi dia tampak sumringah tiap kali sebuah iklan susu untuk ibu hamil muncul di televisi.
“Kik..kik.., ada adek bayi.” Begitu komentarnya selalu. Kayak adek bayi di perutnya mama ya..., begitu biasanya ia meneruskan ucapannya.
Mungkin jika caca mulai tahu bahwa punya adek berarti mesti berbagi sayang, dia akan mulai merasa cemburu. Untuk persoalan yang satu ini, mama dan abah caca memang mesti belajar menerapkan teori-teori tentang mengatasi rasa cemburu anak terhadap adek barunya yang pernah kami dengar. Dan mungkin itu bukan persoalan mudah, tapi semuanya memang mesti dicoba dan diusahakan.

Baru dua hari lalu mama caca tahu kalo lagi berbadan dua. Usianya 7 minggu atau 1,5 bulan. Maklum, tanda-tanda kehamilan yang kedua ini amat berbeda dengan hamil yang pertama. Kalo yang pertama dulu, mama caca ngerasain mual-mual mulai bangun tidur pagi ampe pukul sebelas siang. Selepas jam sebelas siang, biasanya tubuh udah agak enakan. Kejadian seperti itu berlangsung mulai usia kehamilan 1 minggu ampe 16 minggu. Kalo istilah kedokterannya, mama caca kena morning sicknes kali ya...

Tapi untuk kehamilan kali ini mama caca justru sering ngalami mual-mual pas jam sepuluh pagi ampe jam satu siang. Trus mulai mual-mual lagi habis maghrib ampe malem. Makanya, tiap kali ngerasa mual mama caca bilangnya lagi kena afternoon sicknes bukan morning sicknes. Hehe... Habis datangnya gak pagi hari sih. Ternyata udah pernah hamil bukan berarti udah tahu segala-galanya. Maksudnya, setiap kehamilan selalu membawa suasana dan rasa yang berbeda.

Saturday, June 30, 2007

CATATAN SEPANJANG JALAN

Kemarin mama caca pulkam alias pulang kampung. Pulang kampung kali ini emang sekalian ngajak caca jalan-jalan ke kampung halaman mamanya. Maklum, caca lagi libur panjang. Pertengahan Juli nanti play groupnya baru masuk lagi.
“Wah, play groupnya ketutupan terus ya...” Celetuk caca.
Di Kediri caca bisa berhaha..hihi.. bareng saudara-saudara kecilnya yang jarang-jarang bisa ketemu. Bisa main air juga di kolam renang khusus buat batita. Asyik...

Sebelum jadi orang Pati, mama caca emang asli Kediri. Sebuah kota di provinsi Jawa Timur. Masih enam jam perjalanan jika ditempuh melalui jalan darat dari kampung caca di Pati. Sepanjang perjalanan hujan tak henti mengguyur. Heran juga, padahal menurut hitungan versi perkiraan cuaca dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam jaman SD dulu, bulan Juni masuk dalam musim kemarau. Tapi beberapa tahun terakhir, kategori musim kemarau dan musim hujan memang tak lagi bisa dikelompokkan menjadi enam bulan musim hujan, enam bulan musim kemarau. Orang bilang ini salah satu dampak pemanasan global yang bikin suasana bumi tak lagi nyaman dan teratur. Tapi gak tahulah, rupanya alam bikin aturannya sendiri. Banjir dan gempa datang di tempat yang tak biasa.

Ada catatan selama perjalanan melalui rute Pati-Rembang-Tuban-Babat-Jombang-Kediri. Tapi catatan kali ini sama sekali tak ada hubungannya dengan caca. Hanya catatan iseng mama caca sepanjang perjalanan sebelum sampai ke kota tujuan. Pertama adalah tentang jalanan yang berlubang. Entah, setiap kali pulkam, mama caca merasa jalan-jalan itu –terutama di sepanjang pantura- emang enggak pernah mulus. Selalu berlubang dan membahayakan. Apalagi di musim penghujan. Dan karena bahaya yang mengintip para pengguna jalan akibat lubang-lubang jalan tertutup air, banyak pula yang memanfaatkan kondisi itu untuk mencari tambahan nafkah dengan cara berdiri berhujan-hujan di sekitar lubang-lubang yang berbahaya. Biasanya mereka berkelompok, berdiri memberi peringatan para pengguna jalan dengan mengacungkan bendera. Yach, sama-sama untung lah, kita dibantu agar tak terperosok, mereka minta imbalan atas jasanya.

Catatan kedua tentang perahu-perahu nelayan yang tertambat sepanjang pantai Rembang-Tuban. Rupanya hujan yang disertai gemuruh petir dan angin tak bersahabat buat para nelayan. Akhirnya, kapal-kapal kecil mereka mesti berhenti berlayar. Libur mencari ikan. Mama caca cuma berdoa dalam hati, semoga mereka tetap bisa mencari makan. Dengan cara yang halal tentu saja. Amin.

Catatan berikutnya tentang rel kereta dan pabrik gula. Ini sebenarnya catatan iseng aja. Mama caca ingin mencatatnya karena banyaknya nasib kereta api yang sering anjlok. Usut punya usut, disepanjang jalan yang dilalui mama caca, jalan kereta api itu konon semuanya peninggalan zaman Belanda. Pantesan sering anjlok, emang udah sepuh usianya.

Demikian juga pabrik gula, tak satu pun yang dibangun pada zaman Republik (pinjam istilah para veteran). Mungkin, pada zamannya, pabrik-pabrik gula itu amat berjasa bagi kantong Belanda. Tapi lihatlah sekarang, banyak yang udah pada kolaps. Peralatan yang makin usang, petani tebu yang kian tahun kian berkurang penghasilan. Harga pupuk yang selangit. Dan tentu saja harga gula yang tak stabil. Sekarang pun di pati sedang musim panen tebu. Tapi entahlah, tiap kali panen tiba, harga emang selalu begitu..

Di Pati sendiri dulu ada dua pabrik gula. Dua-duanya dibangun pada zaman belanda. Tapi sekarang tinggal satu yang beroperasi. Demikian pula PG atau pabrik gula di Rembang, Tuban, Jombang dan Kediri, usianya setengah abad lebih tua daripada Republik ini.
Lho, kok semuanya dibangun pada zaman Belanda? Trus apa dong di zaman kita?
(kalimat yang terakhir ini, tentu bukan pertanyaan caca, soalnya belum ada pelajaran sejarah di play groupnya. Hehe..)

Sunday, June 24, 2007

CACA YANG LAGI BAD MOOD

Hari ini play group caca ulang tahun yang kesatu. Hari ini pula play group caca ngadain mini party sekalian pemberian tanda mata bagi temen-temen caca yang sudah layak masuk Taman Kanak-kanak. Sebenarnya mama caca udah semangat banget hendak berangkat tepat jam delapan pagi –sebagaimana undangan- tapi simbah putri yang punya acara lain sebelum jam itu mengajak mama caca berangkat bareng-bareng setelah acara beliau kelar. Maklum, mbah putri tentu pingin liat sang cucu beraksi di panggung kecilnya. Pasti lucu dan bikin bangga. Akhirnya diputuskan, pagi tadi caca berangkat duluan bersama mbaknya. Sedangkan mama caca menyusul. Bareng ama mbah putrinya.

Acara mbah putri baru kelar pukul sembilan tiga puluh. Dengan sedikit tergopoh-gopoh, mama caca dan simbah putri berangkat ke play group caca. Kayaknya simbah kecewa datang terlambat. Mungkin takut ketinggalan menyaksikan momen lucu cucunya. Hehe..

Dan sampailah kami di tempat acara. Benar saja, acara sudah sepertiga jalan. Tinggal tiga pementasan dan penutup. Setelah duduk di tempat yang telah ditentukan, simbah putri tampak mulai resah mencari sang cucu yang tak nampak batang hidungnya.
“Caca mana...?” Mbah putri bertanya.
Mama caca yang semula tenang-tenang saja mulai resah nyari kemana bocah kecil itu berada. Kenapa tak nampak diantara teman-temannya yang sedang beraksi.
“Waduh, dek cacanya lagi bobok..” seorang guru tiba-tiba memberi tahu.
Akhirnya kabar tentang boboknya sang cucu mama caca sampaikan pada mbah putri.
“Caca lagi bobok..” Ujar mama caca agak takut. Khawatir mbah putrinya kecewa.

Dan benar saja, simbah emang kecewa. Aksi bobok pada waktu yang tidak diharapkan itu ternyata berlanjut sampai si kecil itu bangun tidur. Emang dah jadi kebiasaan, setiap bangun tidur, caca suka pasang wajah cemberut. Biasanya dia jadi bete sendiri dan bikin bete orang disekitarnya. Pokoknya tadi pagi judulnya Bad Mood.

Sebenarnya mama caca juga kecewa. Soalnya emang bukan kebiasaan caca tidur jam segitu. Biasanya sih itu jam bermain. Tapi mama caca emang gak tahu pasti urutan kejadiannya, katanya sih begitu nyampe di tempat acara tadi pagi caca sempet mogok. Habis itu rewel dan minta gendong. Ujung-ujungnya dia tertidur ketika temen-temennya pada tampil. Hingga caca bangun dan acara di playgroup itu selesai, caca tidak sedikit pun memeperlihatkan aksi lucunya. Si kecil itu malah gak mau turun dari gendongan mamanya.

Kecewa mbah putri emang beralasan. bagaimana pun mbah putri sudah berharap bisa melihat aksi lucu sang cucu seperti hari-harinya di rumah. Tapi kasian juga kalo caca yang lagi ngambek dipaksa tampil lucu.
Maaf deh mbah putri, kan adek lagi bad mood....

Wednesday, June 20, 2007

HOREE..!! MBAH KUNG DAH GAK DIINFUS LAGI...

Menengok orang sakit adalah pekerjaan terpuji. Sebab dengan menengok orang sakit kita jadi ingat betapa mahalnya sehat itu. Dengan menengok orang sakit pula kita berharap dapat menghibur si sakit, sehingga rasa sakitnya sedikit terkurangi.

Di tempat mama caca, urusan tengok-menengok sudah menjadi tradisi. Entah itu terkait dengan menengok orang sakit, menengok orang melahirkan, menengok bocah sunatan atau sebangsanya. Jika ada orang yang kita kenal sakit, lalu kita absen menengoknya, maka kita bisa mendapat nilai minus dari teman-teman lain yang mengenalnya. Dan kita bakal dianggap sebagai orang yang tak peduli dan tak gemar melakukan kebaikan. Bukankah menengok orang sakit sama dengan melakukan kebaikan?

Nah, itulah persoalannya. Urusan tengok-menengok kemudian menjadi ribet jika si sakit yang butuh istirahat di rumah sakit, ternyata malah bertambah sibuk demi melayani tamu-tamu yang menengoknya. Dan memberi pengertian tamu-tamu itu bahwa si sakit butuh istirahat bukan persoalan mudah. Pokoknya yang namanya orang sakit ya.. mesti ditengok.

Itu juga yang dialami simbah kakung caca beberapa minggu lalu. Beliau yang sepuh dinyatakan kurang cairan oleh dokter yang menanganinya. Batuknya pun menimbulkan nyeri dan bikin susah tidur. Menurut dokter, beliau butuh istirahat di rumah sakit dan mendapat asupan makanan serta cairan melalui infus. Membawa mbah kakung ke rumah sakit bukan persoalan sulit, yang jadi persoalan justru bagaimana menyiasati agar tidak banyak orang yang tahu kalo mbah kakung lagi opname. Soalnya, gak bisa bayangin gimana makin lelahnya beliau menerima tahu yang pingin tahu kondisinya.

Setahun lalu pernah kejadian, mbah kakung opname di sebuah rumah sakit di semarang. Letak rumah sakit itu masih 4 jam perjalanan dari kampung caca. Tapi jauhnya tempat mbah kakung opname ternyata gak bikin para tamu surut langkah. Tamu dari berbagai kota datang menjenguk. Dan saat itu keluarga kelabakan menerima tamu yang berkunjung ke rumah sakit. Akhirnya, demi kesehatan mbah kakung, tamu-tamu distop meski masih jam kunjung rumah sakit.

Mengingat pengalaman itu, akhirnya kali ini keluarga memutuskan merahasiakan sakitnya mbah kakung. Tidak ada yang diberi tahu kalo mbah kakung lagi opname. Hasilnya, hari pertama aman. Tapi pada hari kedua, tamu dah mulai berdatangan. Entah siapa yang mengabarkan. Untung, hari ketiga mbah kakung udah boleh pulang. Jadilah tamu-tamu yang datang ke rumah sakit pada kecele. Lho, yang mo ditengok kok udah gak ada.
Kalo sudah begini yang untung caca juga.
“Horeee, mbah kakung udah gak diinfus. Adek bisa maen-maen di kamarnya lagi..!!”
Sehat selalu ya.. mbah...

Wednesday, June 13, 2007

GAK JADI KOPDARAN DEH...

Mama Mirza yang sekolah di Hawaii lagi pulkam alias pulang kampung. Sebenarnya pingin banget kopdaran. Mama caca ‘n mama mirza emang dari dulu dah temenan. Satu sekolah dan satu kampus meski gak sekelas. Dan buat lucu-lucuan, dari dulu kita sering bilang kalo kita ini adalah calon besan. Hehe..

Mama caca ma mama mirza kopdaran? Wah.. pinginnya sih!! Tapi gak tahu bisa kesampean apa gak. Soalnya rumah mama mirza jauh banget. Di ujung timur pulau jawa. Lagian pasti beliaunya sibuk berat. Soalnya pulangnya buat penelitian sih. Habis tiga bulan katanya mo balik Hawaii lagi.

Tapi sebenarnya rencana kopdaran itu hampir terlaksana, kalo aja kita ada komunikasi sebelumnya. Tapi berhubung gak ada komunikasi, jadinya yah... gitu deh..!!
Ceritanya seminggu lalu mama caca berniat ngunjungi simbah buyutnya caca di Jawa Timur. Pas malamnya mama caca lagi packing, tiba-tiba ada sms masuk:
“aku sekarang lagi nginep di rumah simbahnya caca lho. Tapi besok dah pulang.” Itu sms dari mama mirza yang katanya lagi bermalam di rumah simbahnya caca.
“Oh my god!!”
Kenapa gak bilang-bilang kalo mama mirza mo ke rumah simbah caca. Padahal kalo kita janjian, kan mama caca bisa ngajuin sehari rencana berkunjung ke rumah simbah dan kita bisa kopdaran. Crita ini itu. Kan dah tiga tahun lebih kita gak ketemu. Wah, Gara-gara gak ada komunikasi nih, gak kesampean deh rencana kopdaran ama calon besan. Hehe...

Dan begitulah, demi mengobati rasa kecewa, akhirnya mama caca menggantinya dengan obrolan di telepon. Teleponnya lammaa... banget. Gak papa deh sekali-kali berlama-lama di telepon. Asal gak keterusan. Iya gak?!

Sunday, June 10, 2007

TENTANG KAMPUNG CACA

Kalo kemarin tentang caca yang suka naik andong, sekarang mama caca pingin cerita tentang andong di tempat caca.

Bagi orang-orang di tempat caca, andong emang tidak sebagaimana andong di jogjakarta. Kalo di jogja, andong dipertahankan sebagai bentuk kepedulian terhadap alat transportasi tradisional dan sebagai salah satu daya tarik kota bagi turis-turis yang datang ke sana. Karena bagaimanapun juga, jogja emang kadung ditahbiskan sebagai kota budaya. Jadi apa aja yang ‘nyeni’ dan berbau tradisi akan menjadi nilai tambah baginya.

Beda dengan andong di tempat mama caca. Di sini, andong adalah alat transportasi penting yang -percayalah- tak ada hubungannya dengan turis atau trand mark kota. Andong ada, sebab masyarakat amat membutuhkannya. Di tempat caca, orang mau ke pasar, kondangan, berobat, pengajian atau ke sekolah menggunakan andong sebagai alat transportasi. Biasanya andong-andong itu mangkal sejak jam lima pagi hingga jam lima sore. Setelah jam lima sore, andong-andong itu akan balik ke rumahnya. Dan saat itu giliran bentor yang beroperasi. Jika selepas jam lima sore masih ada andong yang beroperasi, pasti dia akan kena keroyok para sopir bentor. Maklum, semuanya emang kudu sadar tentang berbagi rezeki. Ada waktu dan teritori yang telah disepakati. Dan semuanya akan baik-baik saja jika kesepakatan itu dipenuhi.

Bentor atau becak motor adalah alat transportasi sejenis becak yang dijalankan dengan menggunakan tenaga motor. Beda dengan becak kebanyakan yang dijalankan dengan cara dikayuh atau menggunakan tenaga manusia. Bentor sendiri adalah hasil modifikasi becak model lama yang banyak menguras tenaga pengayuhnya.

Caca emang tinggal di desa. Di tempat caca, jangan harap bisa menikmati saluran televisi selain TVRI jika gak punya parabola. Karena televisi adalah media hiburan yang cukup diandalkan bagi masyarakat sekitar, maka jangan heran, jika di kampung caca, rumah-rumah berdinding anyaman bambu pun memiliki parabola di depan rumahnya. Lha gimana lagi, emang dengan melihat sinetron dengan tokoh bermobil mewah dan berumah megah itulah yang bisa ngelonggarin kesumpekan sehari-hari. Padahal jika hanya mengandalkan siaran TV milik pemerintah, mana bisa menikmati siaran sinetron yang betaburan bintang-bintang ayu dengan penampilan mahalnya.

Tapi ada satu hal yang menarik, diantara keterbatasan transportasi dan akses informasi, ternyata ada banyak pula orang-orang di lingkungan mama caca yang amat peduli dengan perkembangan pengetahuan dan informasi. Di kampung kecil ini, toko buku dengan koleksi ala sosial agency di Jogja survive beberapa tahun terakhir. Yang menurut mama caca sebagai petanda minat baca di kalangan orang muda. So, siapa aja yang tertarik melihat semangat intelektual di sebuah kampung kecil yang hidup berdampingan dengan kekolotan tradisi, silahkan nengok kampung caca. Caca tunggu ya...

Wednesday, June 6, 2007

PLAY GROUP, ANDONG DAN AYUNAN

Caca seneng banget kalo diajak naik andong. Percaya deh, andong lah salah satu yang jadi alasan kenapa caca seneng ke play groupnya. Jadilah, tiap pagi, caca disamperi sopir andong (hihi.. caca menyebutnya begitu). Saking sukanya ama andong, tiap kali play groupnya libur, caca akan tetep ngajak naik andong lewat depan play groupnya. Caca emang sering gak mau tahu kalo dibilangi sekolahnya lagi libur. Pokoknya tiap hari maunya masuk terus. Dan begitulah, mbaknya akan nganterin caca naik andong lewat depan play groupnya.
“lho kan, liatin, sekolahnya adek lagi tutup..” kata mbaknya sambil nunjuk ke play group caca.
“Iya.. sekolahnya adek lagi ketutupan...” caca mengamini ucapan mbaknya yang suka nganter dan nunggu caca sekolah.

Mama caca emang belum tega ninggalin caca sekolah tanpa ada yang nunggui. Soalnya play group di tempat caca sebenarnya dibuat buat anak usia 3 tahun ke atas. Caca paling kecil di sana. Dan jangan bayangin play group caca seperti play group di kota-kota yang sudah asyik dan mapan dalam permainan, pembelajaran atau pun pengawasan. Tapi mama caca berinisiatif masukin caca ke tempat itu karena di rumah caca gak punya teman sebaya. Banyak orang sih di rumah caca, tapi semuanya orang dewasa yang suka nuruti apa aja kemauan caca. Makanya, demi proses sosialisasi dan perkembangannya, caca mesti dikenalin ama teman-teman kecilnya.

Play group caca masuk seminggu enam kali. Cuma hari jum’at aja liburnya. Gak seperti play group yang lain, yang masuknya tiga atau empat kali dalam seminggu. Liburnya hari minggu pula. Makanya jangan heran, kalo temen-temen di kota lain selalu punya cerita long weekend, caca gak punya cerita itu. Bukannya caca gak pernah jalan-jalan, tapi waktu weekend dan long weekendnya yang gak sama.

Hal lain yang bikin caca suka play group adalah ayunannya. Makanya mama caca gak hendak beliin caca ayunan, soalnya mama caca pikir, kalo dah punya di rumah, akan mengurangi ketertarikannya pada play group dan pertemanannya dengan kawan-kawan kecilnya di tempat itu. Tetep seneng main dan berteman dengan banyak orang ya.. caca.. semoga tetep sehat dan ceria..amin

Monday, June 4, 2007

CERITA TENTANG NAMA

Kemarin, mama Shinfa nanyain nama lengkap caca. Mama caca jadi pingin cerita tentang caca dan full name-nya.

“.....Namaku Izzatin Rafiqoh. Panggilanku Caca. Gigiku ada enam belas. Delapan di atas. Delapan di bawah.....”

Ih, banyak banget giginya..
Caca emang udah gede. Giginya udah banyak. Dia udah gemar pamer gigi di depan kaca. Juga udah bisa sikat gigi sendiri.

Caca juga udah tahu nama lengkapnya. Sejak kecil, mama caca berusaha ngenalin nama lengkap dan nama panggilannya. Biar caca gak ngrasa asing dengan namanya sendiri. Takut kayak pak leknya yang punya nama lengkap Ahmad Rofu’a Qodruh. Biasa dipanggil Koko. Akhirnya pas masuk TK dan diabsen. Dia gak nyadar kalo yang dipanggil adalah namanya.
“Rofu’a Qodruh..” Pada diam semua. Soalnya gak ada yang ngrasa punya nama itu.
“Lho namaku kan Koko, bukan Rofu’a Qodruh.” Begitu pikirnya.
Makanya, biar caca gak ngalami kejadian serupa, caca mesti tahu siapa full name dan call name-nya.

Tentang nama panggilannya yang -kata orang- gak nyambung dengan nama panjangnya, emang ada kisahnya. Waktu caca pertama kali dikasih nama, mama dan abah caca sepakat memanggilnya “Izza..” Wah, bagus dan cantik banget kayaknya panggilan itu. Setelah nama lengkap dan nama panggilnya disepakati, mama caca mengadakan acara syukuran. Waktu itu ngundang temen-temen indo. Baik yang berstatus student ato yang Cuma ngikut pasangannya. Pokoknya kita kumpul-kumpul. Bikin mini party.

Dan begitulah. Mama caca ngumumin nama lengkap si baby. Izzatin Rofiqoh. Dipanggilnya Izza...
“Izza..? cantik banget namanya.” Seorang teman menirukan dengan ejaan yang tepat banget.
“Izza... hallo Izza..” teman yang lain mencubit pipi tembem si baby.
“Siapa mbak panggilannya? Ijja..?”
“Hah...!!” kali ini mama caca kaget dengan cara seorang teman mengeja nama si baby.
“Izza.. Izza..” Mama caca berusaha membenarkan.
“Oh..Ijja...” Teman itu menirukan.
Duh, kali ini mama caca gelisah.

Kejadian serupa terulang ketika malam harinya mama caca telepon ke seseorang di tanah air yang asli betawi.
“hallo empok, aku dah ngelahirin lho. Cewek. Namanya Izzatin Rofiqoh.” Mama caca memulai perbincangan di telepon.
“Siapa mbak? Ijjatin Ropikoh? Panjang ya.. namanya..”

Dan saat itu mama caca menghabiskan malam dengan gelisah. Takut juga kalo nyampe tanah air baby girlnya gak dipanggil Izza, tapi Ijjah. Gak papa sih. Cuma mama caca takut, si baby gak pede dengan panggilannya. Lahirnya di aussie, kok namanya Ijjah. “Wah, mesti nyari panggilan lain nih buat si baby.” Begitu pikir mama caca.
“Izza, Icha ato caca...??”
Dan caca lah yang terpilih.

Akhirnya baby girl yang lahir di Monash Madical Centre, Clayton, Victoria, Autralia itu resmi dipanggil caca. Biarin dibilang gak nyambung ama nama lengkapnya. Yang penting mama caca ngrasa lega. Dan mengutip komentar seorang student asal China. Manurutnya: “Caca is more easy for international student”
Wah, Sepakat. Karena teman dari berbagai bangsa pasti akan lebih mudah melafalkan nama Caca dibanding Izza. Semoga mama caca gak salah pikir. Amin.

Saturday, May 26, 2007

CACA EMANG DOYAN MAEM

Banyak temen mama caca yang heran. Bagaimana caranya agar batitanya gemar maem. Mama caca sendiri awalnya juga heran, kenapa batita teman-teman mama caca pada ogah maem? Konon berbagai trik telah dilakukan oleh ibu-ibu itu agar batitanya mau maem. Dari mulai memasak makanan kesukaan si baby sampai memberi vitamin ini-itu.

Sejauh ini, tiap kali ditanya tentang si caca yang endut (gak seperti mamanya yang sama sekali gak endut. Hehe..) dan suka maem, mama caca cuma menjawab dengan jawaban standar aja. Tapi sebenarnya mama caca sempet berucap banyak alasan dalam hati, kenapa batita dilingkungan mama caca pada ogah maem.

Menurut catatan mama caca, ada beberapa sebab kenapa batita ogah maem.
Pertama karena udah kadung terbiasa jajan dengan pemanis buatan atau makanan dengan kadar penyedap rasa yang bejibun. So, jangan heran kalo akhirnya batita lebih memilih jajanan yang gak sehat daripada makanan yang bergizi.

Untuk alasan yang kedua mungkin masih perlu lebih banyak pembuktian. Mama caca sendiri baru melihat pengalaman caca sebagai pengalaman pertama.

Jadi, dulu sewaktu caca lahir melalui operasi caesar, caca gak langsung dimandiin layaknya baby-baby tetangga di indonesia. Tapi cukup dibersihkan dan diperiksa seadanya. Tiga jam setelah itu, caca langsung diberikan pada mama caca buat dikasih asi. Menurut sang dokter, baby yang baru lahir tidak seharusnya dimandikan dan mencium aroma sabun sebelum mencium aroma tubuh mamanya. Masih menurut sang dokter, baby yang mencium aroma sabun terlebih dahulu sebelum mencium aroma tubuh ibunya akan mengalami penurunan selera makan hingga 75%.

Wow, 75% kan gak sedikit. Namun langkah pertama ini (mengenalkan aroma tubuh ibunya) harus diikuti dengan pemberian asi eklusif tentunya. Tapi itu teori yang disampaikan sang dokter. Selebihnya mama caca hanya mengamininya setelah melihat perkembangan caca. tapi lagi-lagi catatan tersebut Cuma berani mama caca catet di blog ini. Pasalnya, jika disampaikan pada ibu-ibu di lingkungan mama caca, takut dituduh Cuma sok tahu. Wong punya anak masih satu aja kok belagu!!.
Hik, emang mama caca sok tahu kok!!

Wednesday, May 23, 2007

LHO, ANAK PINTERNYA KOK NANGIS LAGI...

Caca emang masih kecil, tapi dia udah bisa marah. Kemarin si kecil itu marah-marah. Pasalnya ketika abahnya pamit hendak pergi, caca bilang kalo dia mau da da (sambil melambaikan tangan mungilnya) ama abah di depan rumah. Tapi ternyata abahnya keburu berangkat duluan sebelum caca sempat da ..da...

Dan caca marah banget. Dia nangis keras-keras.
“Lho, adek kok nggak diajak dada. Huwa....huwa...”
“Lho, adek kok ditinggal ama abah. Huwa...huwa...”
Makin lama nangisnya makin kenceng. Nangisnya baru berhenti setelah diajak telpon abahnya. Di telepon caca langsung ngungkapin sendiri kekecewanya yang nggak sempat bilang: “dada... abah.”
Habis ngomong di telepon itu, caca terlihat lega.
Caca sekarang juga punya kebiasaan baru. Setiap abah atau mamanya pulang bepergian, dia akan langsung mberondong dengan pertanyaan:
“Abah dari mana?”
“Mama dari mana?”
“Abah dari rapat ato dari pijet?”
“Kok adek nggak diajak?”
Tanyanya sambil pasang muka cemberut.
Kalo udah gitu, mama caca mesti ngerayu-ngerayu biar ngambeknya nggak keterusan.

Kalo lagi uring-uringan, caca emang kudu dirayu-rayu. Biasanya diajak ngobrol tentang prestasinya hari ini. Misalnya caca yang udah pinter karena mau pipis di kamar mandi. Ato caca yang udah bisa maem dan bikin susu sendiri. Juga caca yang udah bisa pake baju sendiri.

Paling seneng lagi kalo mamanya bilang.
“Wah, caca anak pinter. TOP..TOP...TOP....”
Lalu,
“Kik...kik..kik...” Dia akan tertawa riang.

Bocah kecil yang satu itu paling sebel kalo ngerasa dicuekin ato nggak diikutsertakan dalam berbagai hal. Misalkan mama dan abahnya lagi ngobrol, caca mesti diajak ngobrol juga. Kalo enggak, pasti dia akan cari perhatian dengan berbuat yang aneh-aneh. Dari mulai manjat ini-itu, ngutak-atik kabel TV ato ngorat-arit apa aja. Tapi kalo udah ngelakuin apa aja masih nggak diperhatikan, jurus pamungkasnya pasti dikeluarin. Nangis keras-keras. Huwa..huwa...

Curhat mama caca: TENTANG MENJADI IBU

Beberapa saat lalu mama caca bertemu seorang temen yang hendak nulis sebuah karya tulis sebagai syarat kelulusannya. Dia baru hendak lulus SLTA. Temen itu ngajak mama caca berbincang tentang karya tulisnya yang membahas ketidaklayakan perempuan sibuk di luar rumah, sebab menurutnya tugas utama seorang ibu adalah mendidik dan mengurus anak-anaknya.

Sebenarnya mama caca heran dan nggak begitu tertarik dengan obrolan temen itu. Apalagi cara pandangnya yang terdengar aneh di telinga mama caca. Kok masih ada ya.. orang yang berpikiran begitu. Tapi ajakan ngobrol dari teman itu membuat mama caca jadi teringat suatu hal. Emang sih, kalo dipikir-pikir, ketika seorang perempuan telah mengikrarkan dirinya untuk jadi ibu. Entah bagi anak-anak yang dilahirkan atau dirawatnya, maka sebenarnya itu adalah janji seumur hidup. Sebab jadi ibu nggak pernah mengenal kata pensiun. Apalagi ibu-ibu di negara dengan tradisi pertalian darah kuat layaknya Indonesia. Tapi jika seorang perempuan yang menyandang title sebagai ibu berarti dia mesti hanya di rumah saja. Alangkah tidak menariknya dunia.

Menurut mama caca sih, seorang ibu justru mesti punya kesibukan di luar rumah. Entah yang berkaitan dengan usaha penguatan ekonomi keluarga, misalnya bekerja. Atau pun kesibukan yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

Ibu yang tiap hari hanya berkutat dengan anaknya justru bisa berdampak buruk pada perkembangan mental, kedewasaan dan kemandirian anak. Tapi bukan berarti seorang ibu mesti menomorsatukan pekerjaan daripada buah hatinya. Yang pasti mama caca percaya kalo semua orang mesti punya skala prioritas menurut kadar kebutuhan dan kepentingan masing-masing.

Ini dirasakan pula oleh mama caca. Pernah mama caca tidak bertemu caca selama 45 hari. Ajaib, ternyata dalam rentang 45 hari itu, banyak sekali perkembangan positif yang berhasil dilalui caca. Dia terlihat lebih mandiri. Misalnya segera berlari ke kamar mandi tiap ngerasa hendak buang air kecil. Maem sendiri, bobok gak pake rewel, hafal warna-warna. Pokoknya dia tiba-tiba menjadi lebih dewasa dibanding 45 hari sebelumnya.
Lain halnya, jika dalam tiga hari mama caca menghabiskan 24 jam bersama caca, bisa dipastikan, caca akan makin kolokan, manja dan kian nggak mandiri. Misalnya; nggak mau bobok kalo nggak digendong, suka ngompol, apa-apa mesti sama mamanya. Pokoknya manja banget.

Dari sini mama caca dapat pelajaran, bahwa demi kemandirian dan perkembangan jiwa anak, mestinya seorang ibu tidak membiarkan anaknya hanya bisa mergaul dengan ibu bapaknya. Sebaliknya, batita mesti diberi kesempatan bermain tanpa ibu bapaknya. Tapi bukan berarti ibu bapaknya lepas sama sekali. Sebab bagaimanapun kasih orang tua tak akan sama dengan perhatian dari selainnya.

Alasan lain kenapa seorang ibu mesti memiliki aktifitas selain berkutat dengan babynya adalah demi kesehatan fisik dan mental ibu itu sendiri. Seorang ibu yang tidak memiliki aktifitas lain selain baby dan rumah tangganya akan mengalami kejenuhan yang ujung-ujungnya membuat dia cepat marah dan putus asa. Karenanya, seorang ibu semestinya meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Menikmati hobby atau refreshing demi mengatasi kejenuhan yang dirasakannya. Juga mencari tambahan pengetahuan dan ketrampilan agar tidak terlalu jauh tertinggal dari suami, anak dan lingkungannya.

Sunday, May 20, 2007

HARI INI CACA SENENG BANGET

Hari ini caca ceria banget. Ketawa-ketiwi, cerita ini-itu. Apa pasal? Ternyata embaknya datang nengokin caca. Embak yang ini emang udah ikut momong caca sejak caca umur dua bulan. Dulu mama caca suka gantian momong caca ama mbak ini. Biasanya mulai setelah mandi pagi ampe jam 10.30 dan jam 16.30 ampe jam 19.00 caca dijagain ama mbak ini. Selain jam-jam itu caca main bareng mamanya. Kecuali jika mama caca ada acara yang nggak bisa ngajak caca.

Daur itu berjalan terus sampai caca hafal dengan jam-jam kebiasaannya. Biasanya, kalo udah waktunya ikut mamanya, tapi si mama belum nongol juga, caca otomatis jadi rewel. Nangis sambil tak henti-henti nyebut-nyebut mamanya. Demikian juga sebaliknya, kalo udah waktunya main bareng embaknya, caca juga akan nyari-nyari mbak ini sambil nyebut namanya berulang-ulang.

Nyatanya caca emang dah lengket ama mbak ini. Dulu sewaktu mama caca pergi haji, mbak ini juga yang ngerawat dan nemeni caca setiap harinya. Praktis selama 45 hari, caca bercerita, berkeluh dan menumpahkan kesalnya pada mbak ini. Hingga caca jadi deket banget ama mbak ini. Dan mbak yang satu ini emang sabar dan sayang ama caca. Jika sedang main berdua sudah layaknya kakak-beradik saja.

Sampai akhirnya, datang juga waktu mbak ini buat boyongan. Maklum, udah ada seorang tetangga yang meminangnya. Tak lama lagi mbak ini mo nikahan. Sebenarnya udah ada mbak lain yang siap menggantikannya. Tapi rupanya caca tak semudah itu nyaman dengan pengganti mbak ini. Sepertinya caca dah kadung punya pertalian batin dengan mbak yang satu ini.

Contohnya udah tiga kali kejadian semenjak mbak ini boyong. Tiap kali mbak ini punya krentek ato maksud hati hendak nengok caca, pasti empat atau tiga hari sebelumnya caca tak henti nyebut-nyebut nama mbak ini. Bahkan tiga hari lalu sebelum mbak ini datang, caca tiba-tiba nangis minta nelpon mbak ini. Sayang nomornya nggak bisa dihubungi. Tapi waktu itu mama caca udah mbathin, paling-paling mbaknya mo ke sini. Caca dah ngrasa duluan.

Dan benar saja. Hari ini mbaknya datang. Caca bungah banget. Cerita ini-itu, Nyanyi-nyanyi. Pokoknya happy. Pas mama caca nanyain, kok kamu ceria banget sih. Eh, cacanya malah jawab: “kan pas mama pergi haji, caca ama mbak ini terus boboknya”.

Ternyata, kedekatan hati bukan hanya bisa disebabkan oleh ikatan darah. Tapi juga intensitas pertemuan dan kasih sayang. Met bobok caca. Besok embaknya pulang, tapi jangan cemas, semua orang akan tetap menyayangimu. Love you caca...

Saturday, May 19, 2007

E-MAIL TANTE BARLAH DAN PLASENTA

Kemarin, tante barlah di aussie kirim sorry buat caca. Soalnya ari-ari caca yang dulu ditanam bersama sebuah bunga di halaman belakang flat tante barlah lupa nggak disirami. Maklum, tante yang lagi ngambil program doktornya di negara aborigin ini emang sibuk berat. Wah, tulisan tante barlah jadi bikin mama caca inget waktu abah caca mengubur plasenta dan menanam bunga diatasnya. Mama caca masih inget banget, bunga itu berwarna ungu. Ditanam diakhir musim semi.

Tentang plasenta, mama caca yakin, semua ibu yang pernah melahirkan tentu tidak asing dengan nama yang satu ini. Orang jawa lebih suka menyebutnya ari-ari atau batur. Disebut batur karena plasenta dianggap teman atau saudara bayi ketika berada dalam rahim. Karena itu, orang jawa tidak pernah sembarangan dalam memperlakukan plasenta. Ketika bayi lahir, plasenta akan langsung dicuci bersih dan ditaruh dalam kendi untuk kemudian ditanam dalam tanah. Bahkan, dalam tradisi keluarga tertentu, ada ritual-ritual khusus berkaitan dengan perlakuan terhadap plasenta. Konon bangsawan jawa zaman dulu akan memberikan sebangsa kurungan atau pertanda khusus diatas tempat plasenta ditanam. Dalam Panggil Aku Kartini saja-nya Pramudya Ananta Toer misalnya. Di sana tertera sebuah foto yang menunjukkan sebuah tempat khusus ari-ari R.A. Kartini ditanam.

Dalam tradisi keluarga mama caca, ari-ari memang mesti diuri-uri atau diperlakukan dengan baik. Diperlakukan dengan baik artinya setelah bayi lahir, plasenta mesti dicuci bersih dan ditanam secepatnya.

Tapi rupanya tidak setiap tempat memiliki kepercayaan serupa. Di beberapa tempat, plasenta dianggap sesuatu yang tidak harus mendapat perlakuan khusus. Ketika caca lahir, abah dan mama caca mesti menandatangani kesepakatan-kesepakatan serta menuliskan permintaan khusus. Dan sengaja, permintaan khusus yang dituliskan waktu itu berkaitan dengan plasenta. Mama caca meminta plasenta caca untuk dibawa pulang.

Akhirnya plasenta caca dibawa pulang dan ditanam disebuah pekarangan di halaman flat teman. Konon, di negara-negara maju, plasenta-plasenta yang direlakan oleh keluarganya akan digunakan sebagai bahan penelitian demi perkembangan ilmu kedokteran. Sebenarnya mulia sih tujuaannya. Tapi mama caca belum tega untuk merelakannya.

Monday, May 14, 2007

KETIKA CACA MESTI KE DOKTER

Ketika mama caca membaca artikel di sebuah tabloid tentang bahaya antibiotik, mama caca sempat begidik. Ternyata penggunaan antibiotik yang berlebihan amat berbahaya bagi tubuh. Celakanya, hal ini kerapkali tidak disadari. Yang penting cepat sempuh. Tak peduli dengan kadar obat macam apa.

Ini juga yang diresahkan mama caca akhir-akhir ini. Ketika masih tinggal di negara aborigin, mama caca bisa sangat berhati-hati menggunakan obat. Sebab paramedis di sana sangat mendukung upaya penggunaan obat –terutama antibiotik- dengan hati-hati. Praktis selama satu tahun di sana, mama caca cuma pernah mengonsumsi symbicort dan panadol. Tanpa bermaksud promosi salah satu merk obat-obatan, tapi cara paramedis pengatasi atau menyembuhkan rasa sakit ternyata amat beda. Jika di indo, orang yang mengeluh sakit kepala pada dokter, pasti akan diberi resep dengan segepok obat. Bandingkan dengan mama caca ketika tinggal di aussie, saat terserang flu berat, sakit punggung atau migrain, hanya panadol dan istirahat cukup yang direkomendasikan oleh dokter. Bahkan, sehabis operasi caesar pun, mama caca hanya diberi panadol dan panadine sebagai pereda rasa sakit.

Menurut mereka, sakit semacam flu, pusing, migrain, nyeri punggung atau sakit sehabis operasi caesar, tidak perlu diobati macam-macam. Cukup istirahat, banyak minum air putih dan minum obat pereda rasa sakit semacam panadine atau panadol. Antibiotik? No Way! Demikian juga ketika caca sakit, dokter di sana melakukan pemeriksaan dengan sangat teliti. Setelah itu, lagi-lagi Cuma disuruh beli panadol kid. No other.

Cerita berubah saat mama caca pulang kampung. Caca pulang kampung ketika berusia dua bulan. Sebelum pulang, mama caca sempat konsultasi tentang plus-minus ngajak baby naik pesawat. Kata dokter, semuanya akan baik-baik saja asal baby dah berusia lebih dari enam minggu, trus jangan lupa dikasih asi ketika pesawat lounding dan take off. Satu lagi, jangan lupa ngecheck kesehatan baby, terutama alat indranya ke dokter begitu baby nyampe tanah air.

Dan begitulah, seminggu setelah menghirup udara tanah air, caca dibawa ke dokter guna ngecheck kesehatannya. Tapi sungguh mengherankan. Bukannya memeriksa tubuh dan indra si pasien, dokter malah langsung menuliskan resep buat caca. Sungguh, mama caca sempet shock. Iki maksude opo. Wong caca dibawa ke dokter bukan buat minta resep. Tapi si dokter tetep ngotot agar mama caca meminumkan obat itu buat caca. Akhirnya mama caca membawa caca pulang dengan resep di tangan. Resep yang nggak bakalan ditebus ke apotik!!

Nyatanya mencoba berhati-hati dalam penggunaan anti biotik emang bukan hal mudah. Ini tentu terkait dengan kebiasaan paramedis yang gemar memberikan obat-obatan dosis tinggi dan antibiotik kepada setiap pasiennya, tak terkecuali kepada pasien batita. Ketika hal ini dikeluhkan kepada seorang dokter kenalan mama caca. Dia bilang, di negara “hampir miskin” seperti Indonesia, penggunaan antibiotik pada setiap pasien emang sulit dihindari. Menurut sang dokter hal ini karena demi menghindari terjadinya bahaya sampingan mengingat banyaknya alat-alat kedokteran yang kadang tidak steril. Rumah sakit sendiri banyak yang justru menjadi sarang penyakit. Dan satu lagi, lingkungan sekitar kita yang sering tidak bersahabat sehingga penyakit apapun kian mudah berbiak.
Duh, kalo sudah begini, betapa mama caca merasa tak punya banyak pilihan. Begitu sakit, berarti caca mesti ngonsumsi antibiotik.

Tuesday, May 8, 2007

IBU-IBU YANG LAGI RAPAT

Baru-baru ini mama caca diikutsertakan dalam kepanitiaan sebuah organisasi ibu-ibu. Disebut organisasi ibu-ibu karena memang semua anggotanya adalah mereka yang sudah layak disebut ibu. Ibu dalam artian secara umur maupun secara sosial. Rasanya deg-degan juga waktu akan pertama kali ikut rapat kerja. Maklum, mama caca dipercaya jadi sie acara sebuah kepanitiaan yang acaranya akan dihadiri oleh bapak bupati. Panitia yang tergabung pun adalah orang-orang terkenal di lingkungan mama caca. Padahal mama caca adalah orang baru di sini. Jadi wajar dong, kalo agak nervous. Bayangin yang hebat-hebat!!

Dan begitulah, raker pertama, kedua dan seterusnya telah terlaksana. Tapi herannya, bukan malah jelas kerjanya, mama caca malah semakin bingun. “apa nih yang mesti dikerjain biar acaranya sukses.” Jaman dulu, waktu masih jadi mahasiswi sih soal jadi panitia-panitia gitu udah biasa (hehe..). Tapi ternyata pengalaman jaman jadi mahasiswi dulu nggak ngaruh dengan kepanitiaan kali ini.

Akhirnya, daripada bingun-bingun, seusai rapat buat checking akhir, mama caca sengaja nelpon beberapa panitia lain. Tapi rupanya panitia-panitia lain tak ada yang bersedia diajak ngomong. “
“Pokoknya ama ketuanya langsung aja dek.” Begitu kata mereka.
Akhirnya terjadilah pertemuan itu. Mama caca, ketua panitia dan ketua umum organisasi ibu-ibu itu. Dimulai dengan bahasa konsultasi khas yunior kepada seniornya. Lalu mama caca minta pertimbangan tentang susunan acaranya. Tapi sangat mengherankan. Jawaban sang ketua umum itu sungguh-sungguh tak terduga:
“wis dek, gampang, masalah susunan acara nanti disesuaikan, liat kondisi. Pokoknya susunan acaranya nunggu acaranya besok aja.”
Lho kok??
“Trus tentang para pengisi acara, koordinasinya gimana, kapan mo gladi bersih?” Kali ini dengan sok pengalaman mama caca kembali bertanya.
“Itu juga dilihat besok pas acaranya dek, pokok’e lihat besok aja. Tinggal nyabut orang-orang yang datang pas acara.”
Hah!!
Katanya yang mo diundang orang-orang penting. Bupati, ibu ini, bapak itu. Tapi kok?? Mama caca bengong, akhirnya,
“Oh, gitu ya.. jadi semuanya dilihat dan ditentukan pas acara besok?” Dengan wajah bloon mama caca menimpali. Dan ketua panitia serta ketua umum organisasi itu mengangguk mantap.

Tapi sweer! Kali ini Mama caca baru tahu. Bahwa berorganisasi bareng ibu-ibu sungguh berbeda. Kalo dalam kepanitiaan mahasiswa, menjadi sie acara berarti memiliki peranan penting bagi sukses tidaknya sebuah acara, tapi bersama ibu-ibu bukan demikian aturannya. Dalam setiap acara tak ada yang lebih penting melebihi persoalan konsumsi. Jika sudah sampai pada bidang yang satu itu, rapat akan sangat hidup. Semua anggota rapat rela berjibaku. Bahkan kadang ampe acara ngambek-ngambekan. Tapi begitu sampai pada bidang yang lain. Jawabannya akan sama. “pokoknya penentuannya di acara besok ya dek..”

Dan begitulah, acara berlangsung menurut kondisinya. Jika pas acara berlangsung tiba-tiba senior-senior atau orang-orang yang dianggap terhormat dalam organisasi itu meminta perubahan susunan acara, maka seketika akan berubahlah susunan acaranya. Begitu seterusnya hingga acara berakhir. Dan acara yang lain lagi di buat.
Weleh..weleh.. organisasi opo tho iki sakjane??

Monday, May 7, 2007

MANDIIN CACA

Terinspirasi dari tulisan mama shinfa, mama caca jadi tertarik berbincang tentang memandikan anak. Memandikan anak emang penting, terlebih jika anak masih berusia di bawah tiga tahun atau batita. Meski tidak harus sehari dua kali dilakukan sendiri oleh sang ibu. Ini dirasakan sendiri oleh mama caca. Ketika memandikan caca, saat itu terasa sekali kedekatan antara ibu dan anak. Saat mandi pula mama caca bisa mengenalkan banyak hal pada caca.

Ketika caca lahir, tidak ada orang lain yang mendampingi mama caca selain abahnya. Maklum, caca lahir di negara aborigin. Jauh dari sanak saudara. Tiga jam setelah caca lahir. Seorang nurse memperlihatkan baby girl yang saat itu belum diberi nama, kepada mama caca. Setelah disusui dan dirty untuk pertama kalinya, nurse bertanya, dimana abah si baby. Waktu itu abah caca emang gak lagi di ruangan. Selanjutnya Nurse itu berpesan; kalo nanti abahya dah datang, bilang kalo dicari. Mo diajari mandiin si baby katanya.

Dan begitulah, pelajaran memandikan bayi dimulai. Menurut si nurse, dalam kandungan, bayi dikelilingi oleh air ketuban, untuk melindunginya dari benturan-benturan di dalam rahim. Karenanya, ketika bayi baru lahir, menyentuh air akan membuatnya bahagia. Sebagaimana kondisinya selama di dalam rahim. Ketika mandi baby mesti dibuat rileks, seperti berenang dalam bak mandi. Demikianlah, caca kecil selalu tenang tiap kali tubuhnya menyentuh air dalam bak mandinya.

Ketika telah bertambah umur, caca kecil kian tumbuh dan banyak akal. Waktu mandi seringkali menjadi saat yang menjengkelkan bagi caca dan mamanya. Mulai dari gak mau mandi sengan alasan masih keasyikan main sampai cari perhatian minta ini itu. Tapi saat itulah mama caca merasakan komunikasi yang benar-benar dekat.

Manfaat berikutnya yang dirasakan mama caca adalah mengetahui aktivitas caca selama seharian. Artinya, kemana atau main apa saja dia sepanjang hari ini, bisa terlihat dari kotoran yang menempel di baju atau badan caca. Kalau ada luka atau lecet-lecet akibat jatuh atau hal lain pun mama caca bisa tahu ketika menggosokkan sabun di badan caca. Bila ada bagian yang sakit ketika digosok sabun, berarti ada luka di sana. Semakin ekstrem ekspresi sakit caca berarti semakin parah pula luka yang dideritanya. So, kapan lagi mandiin dia kalo bukan sekarang..

Sunday, May 6, 2007

NAPPY, SUNGAI DAN LINGKUNGAN

Nappy dalam bahasa asalnya berarti popok. Tapi nappy dalam catatan mama caca kali ini adalah popok sekali pakai buatan pabrik yang bisa melindungi ibu dari resiko kena ompol si baby. Kalau disebut dalam contoh iklan nappy adalah semacam pampers, sweety, mami poko dll.

Siapa sih ibu jaman sekarang yang tidak suka memakai jasa nappy pabrikan ini. Dengan nappy, ibu tidak perlu khawatir membawa babynya ke kondangan atau jalan-jalan. Mbah kakung dan mbah putrinya pun tak kan segan memangku sang cucu. Sebab baju pesta sang mama, mbah kakung dan mbah putrinya dijamin akan terselamatkan dari bahaya kebocoran.

Hal ini juga dirasakan oleh mama caca. Sejak kecil caca terbiasa pake nappy. Baru ketika memasuki usia 2 tahun, caca bisa lepas nappy. Sebenarnya usia 2 tahun emang terbilang terlambat untuk melepas nappy. Tapi itulah yang terjadi.

Cerita tentang nappy berawal ketika di usia dua bulan caca pulang kampung. Seperti biasa, pagi di hari pertama di kampung, mama caca membuang sendiri nappy kotor caca di tempat pembuangan sampah akhir atau TPA. Di deket rumah caca emang terdapat TPA yang dibangun secara swadaya. Setiap bulannya, sampah-sampah itu akan dibakar dengan alat khusus sehingga sampah tidak sampai menggunung. Anehnya, di pagi berikutnya nappy-nappy itu sudah lenyap dari tempatnya. Demikian pula esok dan esoknya lagi. Usut punya usut, ternyata di kampung caca,membuang nappy bekas atau pembalut wanita di TPA adalah hal yang tabu. Membuang nappy bekas haruslah ke sungai. “poko’e sing ngono kuwi ora entuk kobong.”
Menurut kepercayaan yang ada, jika nappy-nappy itu sampai terbakar akan terjadi sesuatu pada anak tersebut. Lain jika dibuang kesungai. Celakanya, terkait dengan nappy dan sungai ini ternyata tidak hanya dipercayai orang-orang di kampung caca. Namun bisa dibilang masyarakat jawa umumnya meyakini hal yang sama.

Sebenarnya mama caca bukan hendak melawan mitos yang berkembang. Tapi entah mengapa, mama caca tiba-tiba menjadi sedih. Teringat betapa sudah tak tertolongnya kondisi sungai-sungai kecil di sekitar kampungnya caca. Sampah memenuhi lebih dari separo badan sungai. Dan bisa dibilang sungai itu sudah tak layak disebut sungai lagi.
Lebih jauh mama caca teringat betapa banyaknya sungai-sungai di negeri kita ini yang mengalami nasib serupa. Karenanya, tak heran jika bencana banjir kian sering terjadi. Selain faktor hutan yang gundul, kondisi sungai-sungai yang kecil yang kian memprihatinkan juga menjadi penyebab pokok terjadinya banjir. Padahal sungai-sungai kecil adalah nadi bagi kampung-kampung yang dilaluinya.

Sungai memang bukan tempat sampah. Sungai juga tidak layak dialihfungsikan menjadi MCK (mandi, cuci, kakus). Tapi itulah yang terjadi. Memang tidak hanya faktor tunggal yang menyebabkan persoalan sungai dan sampah menjadi runyam. Namun tak bisa dipungkiri, sungai dan mitos mengenai ritual buang sial dan upaya terhindar dari bala dengan mengharuskan membuang kotoran-kotoran tertentu ke sungai menjadi salah satu faktor penyebab mampatnya sungai.

Karenanya, bagi para ibu yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan keberlangsungan harmonika kehidupan anak cucu kita. Meski mungkin dengan sekedar langkah kecil tapi berarti. Langkah kecil itu salah satunya adalah dengan mengabaikan mitos keharusan membuang nappy ke sungai. Bisa dibayangkan, jika sebagian dari kita mengamini mitos tersebut. Berapa ribu nappy akan menimbun sungai-sungai kita. Namun jika kita menolak mitos itu, bayangkan pula berapa banyak sungai yang bisa kita selamatkan.

Nah, sekarang mari kita bayangkan bersama, jika bengawan solo menjadi seindah sungai yarra yang membelah kota melbourne atau sungai reine yang legendaris itu. Tentu anak cucu kita jualah yang akan menikmatinya.

Friday, May 4, 2007

ORANG INDONESIA di TANAH ARABIA (Calo Hajar Aswad)

Ini catatan mama caca selama di tanah arabia beberapa musim haji yang lalu. Mungkin selama ini kita cukup akrab dengan yang namanya calo. Dari mulai calo karcis pertunjukan, calo penerimaan pegawai negeri hingga calo pencalonan bupati. Tapi mengenai calo yang satu ini, boleh dibilang cukup asing di telinga kita.

Awalnya mama caca tak tahu menahu soal praktik percaloan ini. Bagi jama’ah haji umumnya, mencium hajar aswad adalah idaman. Siapapun berharap memiliki kesempatan mencium batu berwarna hitam yang dipercaya merupakan salah satu batu dari surga yang diturunkan ke dunia. Umat muslim pun berlomba menciumnya sebagaimana Nabi Muhammad melakukannya.
Tapi mencium hajar aswad memang bukan persoalan mudah. Bayangkan saja jika sekian juta manusia memperebutkannya, sepersekian juta pula peluang kita untuk meraihnya. Maka jika ada orang yang berhasil mencium atau sekedar meraih batu itu, orang akan dengan bungah menceritakannya. Dan para tetangga pun akan takjub mendengarkannya.

Besarnya hasrat setiap jama’ah haji untuk mencium hajar aswad rupanya ditangkap oleh mereka yang “melek peluang usaha”. Dan celakanya, mereka yang merasa memiliki peluang usaha terkait dengan batu keramat itu adalah orang-orang indonesia.

Awalnya, ketika seorang teman sesama jamaah haji bercerita mengenai pengalamannya ketika thawaf dengan jarak yang amat dekat dengan ka’bah. Nah, begitu hendak sampai di sekitar sudut di mana batu keramat itu berada, tiba-tiba ada yang menarik-narik baju teman mama caca. “bu.. mau dibantu nyium hajar aswad kah?” tanya orang itu. teman mama caca sontak menggelengkan kepalanya dan tetap melanjutkan thawafnya. Dan kejadian itu berulang keesokan harinya. Anehnya, bukan satu-dua orang saja rupanya yang mengalami kejadian serupa. Kejadian ini tentu saja membuat kami bertanya-tanya. Kenapa setiap mendekati pojok Ka'bah dimana Hajar aswad berada, selalu ada orang yang menawarkan bantuannya?. Usut punya usut, ternyata fenomena calo hajar aswad ini bukan kejadian baru, bahkan. konon percaloan itu sudah dimulai sejak awal tahun 2000-an. Biasanya para calo beraksi secara berkelompok. Ada yang bertugas mencari mangsa di luar tempat thawaf, ada pula yang berjaga di putaran terdekat ka’bah. Serta beberapa orang yang bersiap “mengantarkan” seorang klien untuk mencium hajar aswad.

Yang memprihatinkan adalah cara para calo mengantarkan kliennya menuju hajar aswad. Akan ada satu orang yang melindungi klien lalu disorongkannya klien itu agar lebih mendekat hajar aswad. Selanjutnya sekelompok calo lain telah bersiaga menghalau orang-orang lain yang hendak menuju batu keramat itu dan dianggap menghalangi jalan si klien. Menghalau di sini berarti memukul, menyeret atau menjambak atau perbuatan kasar lainnya. Pokoknya apa pun dilakukan demi mempermudah tujuan si klien. Setelah tujuan sukses. Klien langsung diantar keluar dari tempat thawaf sembari menerima uang sebagai ganti jasa yang telah diberikannya.

Menyedihkan memang. Melihat laku orang indonesia di depan ka’bah. Mungkin mama caca cuma bisa berdoa, semoga para calo segera mendapatkan penerangan hati dan mendapatkan pekerjaan yang lebih manusiawi serta tidak menyakiti sesamanya. Apalagi di tempat suci semacam itu.