Wednesday, December 17, 2008

KADO BUAT MBAH KAKUNG

Gak terasa, tahun ini mbah kakung caca udah berusia 71 tahun. Simbah emang lahir pada tanggal 17 Desember 71 tahun yang lalu. Jika pada ultah beliau yang ke 70 kemarin dirayakan oleh para kolega beliau secara meriah, bahkan dibarengi dengan peluncuran buku tentang kiprah sosial beliau. Untuk tahun ini cukup diperingati bersama keluarga saja. Dengan mengundang beberapa sanak saudara, digelarlah acara manaqiban, doa bersama serta potong tumpeng tentu saja.

Ketika itu abah dan mama caca kebingungan memastikan kado apa yang mesti diberikan buat mbah kakung pada ultah kali ini. Maklum, dikeluarga abah caca tradisi merayakan ultah anggota keluarga memang sudah ada sejak dulu. Biasanya masing-masing anggota keluarga saling memberikan kado sebagai ungkapan perhatian dan rasa saying. Gak harus bagus atau mahal. Yang penting bentung perhatian yang diberikan. Akhirnya atas usul caca, maka kami sepakat memberikan sebuah kado dan dua untai bunga mawar. Tapi tanpa dinyana, ternyata cucu yang juga baru merayakan ultahnya yang keempat itu punya rencana kejutan lain buat mbah kakungnya tanpa sepengetahuan abah dan mamanya.
Ceritanya, setelah kado dan seuntai bunga buat mbah kakung seperti yang kita sepakati bertiga disampaikan pada beliau. Tiba-tiba caca lari pulang bersama seorang kawan kecilnya yang masih terhitung saudara. Kedua gadis kecil itu sibuk sendiri di dalam kamar caca. Tak lama kemudian caca muncul di hadapan simbah dengan membawa sebuah kotak mungil. Mama caca segera mendekat untuk memastikan caca tidak berbuat yang kurang sopan. Tapi sontak gadis kecil itu langsung marah dan meminta mama caca menjauh.

“itu kado buat mbahkung kok mama caca mau ikut-ikutan.” Ujar caca memperingatkan.

Setelah kotak berhasil dibuka. Ternyata isinya,

“Wow! Surprise!” mbah kakung langsung tertawa lebar.

Ternyata sebuah gantungan kunci boneka yang sebenarnya punya caca sendiri. Mbah putri yang semula tak begitu memperhatikan langsung mendekat dan terpingkal-pingkal melihat surprise caca. Semuanya tampak bahagia malam itu. Caca…caca… ada-ada aja gadis kecil itu!

SURPRISE DARI ORANG-ORANG TERKASIH

Sebenarnya tulisan ini mesti di up date tanggal 21 november lalu. Tapi gak apa deh, terlambat sedikit, tak mengurangi rasa terimakasih mama caca buat abah caca.

SELAMAT ULANG TAHUN, SELAMAT BERKARYA. Itu bunyi ucapan abah caca ketika menghadiahkan sebuah notebook buat mama caca. Duh, mama caca terharu banget ketika membukanya. Secara mama caca dah lama mengidamkan notebook itu. Dan kali abah menghadiahkannya di hari ultah mama caca.

Dan yang lebih membuat mama caca berkaca-kaca adalah harapan abah agar mama caca kembali serius menulis. Ketika muda mama caca emang pernah berkata. Dengan gaya-gayaan ala remaja ketika itu. Dengan terinspirasi soe hok gie mama caca pernah berucap; “Ada tiga opsi dalam hidup, menjadi Penulis, menjadi Jurnalis atau mati muda”. Duh, kalo sekarang kembali mengucapkannya ada rasa geli di hati mama caca. Songbong sekali ucapan itu terdengar! Tapi apa salahnya punya cita-cita. Dan waktu jualah yang akan membuktikannya.

Satu lagi surprise di hari ultah mama caca. Sebuah buku dongeng untuk anak dan mug dari University of Hawaii. Pengirimnya siapa lagi kalo bukan mama Mirza. Duh, jadi inget zaman baheula, dulu kita sering melontarkan guyonan sebagai calon besan. Uniknya, setelah menikah, ternyata mama mirza dikaruniai dua anak cowok. Sedangkan mama caca diberi dua anak cewek. Apakah ini juga pertanda bahwa kita akan benar-benar menjadi calon besan. Hehe… lagi-lagi waktu juga yang akan menjawabnya. Yang penting sebagai orangtua yang selalu berupaya untuk memiliki sikap bijaksana, tentu tidak ada niatan sedikitpun dihati kita untuk menjodohkan anak-anak kita. Hehe… Dan jangan salah, ini Cuma lucu-lucuan kita aja…

“hello mama mirza, makasih kadonya.” Ujar caca yang ikut menikmati dongeng doranya.

Selanjutnya, di hari Ultah itu mama caca berharap semoga segenap keluarga mama caca dikaruniai keimanan, kesehatan, rizki yang halal, kesabaran dan kemudahan dalam segala hal. Mama caca juga berdoa semoga keluarga ini menjadi keluarga yang berkah, sakinah mawaddah wa rahmah. Serta abah dan mama caca menjadi orang tua yang baik dan bijaksana. Amin.

Wednesday, November 5, 2008

DUH, MAKIN KOLOKAN AJA NIH SI EMBAK!!

Ada hal yang meresahkan mama caca akhir-akhir ini. Tentang sifat kolokan caca yang kian menjadi. Semakin besar, agaknya caca mulai sadar akan posisinya dalam keluarga. Paling tidak, dia mulai bisa mengidentifikasi siapa orang-orang yang sering memarahinya atau siapa orang yang bakal menuruti apa pun kemauannya. Dan inilah repotnya, caca hidup berdekatan dengan mbah kakung dan mbah putri yang berlipat rasa sayangnya. Mbak kakung yang tak bisa memarahi caca seperti apa pun tingkah polahnya. Paling banter, jika caca sudah keterlaluan, mama caca yang diminta untuk memperingatkan caca.

Kondisi ini rupanya terbaca oleh caca. Si kecil berhidung mungil itu agaknya paham, bahwa ibu “yang suka memarahinya” itu segan jika harus marah di depan kedua simbahnya. Dan begitulah akhirnya, tingkah paling menyebalkan selalu ditunjukkan caca setiapkali abah, ibu, adek dan kedua simbahnya berkumpul.

Mungkin caca Cuma berniat CAPER di depan kedua simbahnya dengan melakukan hal-hal yang dilarang kedua ortunya. Mungkin juga caca mesti diberi waktu untuk lebih bebas berekspresi. Yang jelas, mama dan abah caca selalu berharap, semoga semakin bertambahnya umur caca nantinya, akan memberikan peningkatan pemahaman dan kesadaran dirinya untuk berbuat lebih baik. Mendidik anak memang bukan hal mudah, tapi kita memang harus berusaha untuk melakukan yang terbaik selagi predikat sebagai orang tua masih melekat dipundak kita.

Tuesday, October 28, 2008

NENEK ITU MENGAMUK DI DALAM KELAS…

Mama caca mungkin sering mengeluh karena tidak memiliki kesempatan menyekolahkan caca di tempat yang –paling tidak- sebaik yang diimpikan. Tapi beberapa saat lalu, ada sebuah kejadian yang membuat mama caca melihat kenyataan ini dari sisi yang lain.

Semuanya berawal ketika mama caca menjemput caca sekolah. Alhamdulillah, terhitung sejak ramadlan kemarin, caca bersedia tidak ditunggui. Meski mungkin dengan berat hati. Mama caca tiba ketika kelas sudah hampir usai. Mama caca duduk bersama ibu-ibu lain di atas teras di depan kelas. Biasanya, ketika hendak mengakhiri pelajaran, para guru mengulas apa yang disampaikan hari itu sembari melontarkan beberapa pertanyaan.
“Siapa yang tahu huruf A?”
guru bertanya dengan suara lantang. Bagi murid yang mampu menjawab, berarti dia berhak untuk pulang duluan.

Ketika situasi itu berlangsung di dalam kelas, tanpa disangka tiba-tiba seorang nenek nyelonong memasuki kelas dan menyeret seorang teman caca sambil memukul pantat dan menjewer telinga bocah kecil itu.
“Hayo.. awas kamu yaa, kalo ditanya bu guru gak mau jawab. Gak kapok kamu kalo gak pukul kayak gini. Ayo jawab pertanyaan bu guru..”
Nenek-nenek itu berteriak dengan bahasa jawanya sambil tak henti memukul cucunya. Sementara sang cucu lari pontang-panting menyelamatkan diri dari amukan si nenek. Situasi kelas agak gaduh. Sang cucu berhasil keluar dari kelas. Dan si nenek mengejarnya.

Ibu-ibu yang menyaksikan peristiwa itu sontak menjerit-jerit agar nenek itu menghentikan perilaku buruknya. Sementara sang cucu menangis semakin keras “udah mbah, kapok aku mbah...kapok aku mbah...”
Para guru un ikut turun tangan agar si nenek menghentikan pukulannya. Akhirnya si nenek menurut dan cucu itu pun digiring masuk kelas kembali.

Mama caca mengelus dada. Betapa beratnya menjadi guru di tempat seperti ini. Dengan para wali murid yang masih memiliki kesadaran tentang arti dan tujuan sebuah pendidikan demikian rendah.

Ketika kelas telah usai, mama caca menghampiri sang guru. Bu Ros namanya. Beliau tersenyum sambil berujar. “Itulah bu, wali murid di sini. Guru-guru harus memiliki kesabaran dan niat berjuang yang tinggi, kalo tidak, kondisi anak-anak itu akan semakin parah.” Mama caca menyalaminya dengan perasaan bercampur aduk.

Saturday, September 13, 2008

PR BUAT CACA

Alhamdulillah, caca dah masuk Taman Kanak-kanak. Meski usianya belum genap empat tahun. Tapi kelihatannya caca cukup antusias menjalaninya. Terbukti semenjak bulan ramadlan ini caca sudah mau sekolah tanpa ditunggui, meski dengan syarat, mama caca sendiri yang mesti mengantar dan menjemputnya sendiri.

Tapi ada yang terasa kurang sreg dihati mengenai sekolah caca. Yak ni tentang PeeR alias pekerjaan rumah buat caca. Di sekolah Tknya caca setiap hari selalu mendapat PR dari gurunya. PR belajar menulis angka dan huruf. Menurut caca, disekolah Tknya dia juga sangat jarang diajak mernyanyi dan menggambar.aktivitas di sekolah lebih terfokus pada belajar menulis. Mama caca sendiri tak tahu, apakah memang begitu seharusnya anak-anak TK zaman sekarang. Rasanya kasian juga liat si kecil itu mesti terbebani PR setiap hari.

Buat para blogger yang membaca tulisan ini. Minta masukannya ya...

Wednesday, July 2, 2008

MEMILIH SEKOLAH BUAT CACA

Mama caca pernah membaca sederet tulisan di kaos teman. Tulisan yang terilhami dari pemikiran seorang filosof kenamaan.”SEKOLAH ITU CANDU, karena itu aku tak akan menyekolahkan anak-anakku”. Meski dalam eforia pemikiran masa muda mama caca pernah mengamininya, namun kini mama caca tak lagi menganggap pemikiran itu mesti dituruti. Dan kini, ketika caca berusia 3,5 tahun, mama caca mulai bingung memilih sekolah untuk caca.

Sebagai orang tua, mama caca tentu menginginkan sesuatu yang ideal untuk anak-anaknya. Setelah berusia tiga tahun lebih dan menghabiskan waktu satu tahun setengah di play group, mama caca berusaha “membaca” caca dengan lebih seksama. Membaca caca berarti menyelami sifat dan kebiasaannya sehari-hari. Potensi positif dan negatif yang dimilikinya.

Dari situ mama caca melihat caca adalah anak yang aktif, lumayan cerdas, suka hal-hal baru, suka banyak teman, suka bercerita atau terbuka terhadap apa yang dirasakan dan diinginkannya. Caca juga selalu mengingat setiap jawaban yang pernah ditanyakannya. Jika suatu kali pertanyaan yang sama diajukannya, tapi mendapat jawaban yang berbeda, caca pasti akan protes. Atau jika jawaban yang diberikan dianggapnya tidak benar, caca pasti akan marah. Namun caca juga memiliki potensi yang kurang baik jika tidak segera diatasi. Misalnya sifat manja, kurang mandiri, tidak mau mengalah, cuek, gampang bosan dan cenderung seenaknya sendiri.

Dengan potensi yang dimilikinya, mama caca ingin memilih sekolah buat caca. Paling tidak ada kriteria sekolah yang tercatat dalam benak mama caca. Pertama; sekolah itu mesti bisa memberikan sesuatu yang menarik minat caca untuk belajar. Baik mempelajari pengetahuan baru maupun mempelajari tata cara bersosialisasi.Yang kedua; sekolah itu mesti mendorong caca untuk lebih mandiri dan mengerti akan tanggungjawabnya sesuai umur dan kemampuannya sebagai siswi Taman Kanak-kanak. Yang ketiga; akan lebih baik jika sekolah itu memiliki sistem terpadu. Jadi bukan hanya tempat belajar dan bermain, akan tetapi juga tempat ia bisa belajar mengaji dan beribadah.

Setelah melakukan survey kecil-kecilan, mama caca berhasil menemukan sekolah sesuai yang diinginkan. Caca juga terlihat tertarik. Namun ternyata ada masalah lain yang mengganjal. Masalah yang terbilang ideologis orang bilang. Meski mama caca tak pernah mempermasalahkannya, namun tidak demikian dengan orang-orang disekitar mama caca. Dan setelah berdiskusi dengan abah caca, akhirnya mama caca mencoba mendamaikan impian dan kenyataan. BAIKLAH!!, tak ada gunanya keukeuh pada impian sendiri. Toh, masih ada cara lain untuk mendidik caca. Dan semoga pilihan ini tepat. Untuk caca dan orang-orang yang mencintainya....

Monday, June 30, 2008

BERTETANGGA

Terhitung per 23 Pebruari 2008, Caca sekeluarga pindahan rumah. Meski hanya berjarak sejengkal dari rumah asal, namun banyak perubahan dan hal baru dirasakan. Awalnya Caca emang serumah dengan mbah kakungnya. Kini kita tinggal “bertetangga”.

Selain dengan mbah kakung dan mbah putri, caca juga bertetangga dengan saudara sepupu abahnya. Mestinya Caca memanggilnya bulek. Tapi rupanya caca lebih suka memanggil si bulek dengan sebutan Umik. Ini gara-gara putra-putri si bulek yang notabene-nya adalah teman-teman sepermainan caca, memanggil ibunya dengan sebutan Umik.

Hubungan bertetangga memang sesuatu yang istimewa. Apalagi jika masih ada ikatan saudara. Memiliki tetangga yang baik adalah karunia bagi rumah tangga kita. Sebaliknya, memiliki tetangga buruk adalah cobaan yang tidak terkira.

Tetangga yang usil dan suka mengadu domba misalnya, tentu akan menjadikan kita salah satu korban keusilan dan sifat buruknya. Atau tetangga yang gemar berkata buruk dan menyakiti anak-anak, pasti akan membuat kita merasa tak aman kapan pun juga.

Dan jika sekarang mama caca memiliki tetangga yang gemar mengajarkan sopan santun pada putra-putrinya, tentu merupakan anugrah Tuhan yang luar biasa. Kini caca memiliki teman-teman yang gemar mengaji dan suka berkata santun. Dan semoga ketentraman dan keindahan selalu mewarnai hari-hari kita dalam bertetangga dan berumahtangga. Amin.

Wednesday, June 4, 2008

YANG PALING SEKSI…

Awalnya, mama dan abah caca suka lagu Mulan Jameela yang berjudul Makhluk Tuhan Yang paling Seksi. Seringkali, suara perempuan yang sebelumnya popular dengan nama Mulan Kwok itu diperdengarkan. Satu dua kali DVDnya diputar, semua masih asyik mendengarkan. Tapi dua minnu belakangan, mama caca jadi pusing tujuh keliling gara-gara lagu si Mulan itu…

Ceritanya, suatu siang caca minta syal mama caca. Syal itu memang sudah lama gak pernah kepake. Awalnya mama caca gak begitu peduli, mo buat apa syal caca minta syal yang berbentuk lebar itu. Eh, gak tahunya, syal itu disulap menjadi rok (ato jarit???) oleh caca. Lalu gadis kecil itu menari di depan kaca sambil menyanyi :
”Acaramu... yang paling Seksi...yang paling seksi” menirukan gaya si mulan.
”Aduh nduk... apalagi ini...” teriak mama caca.

Gak berhenti sampe di situ. Bahkan kemarin waktu caca sekeluarga plus mbah putri dan mbah kakungnya pergi bareng ke jakarta, caca tak henti-henti meneriakkan lagu itu di sepanjang perjalanan. Orang-orang yang mendengarkan Cuma tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Selera anak sekarang emang beda. Hik...hik.. bener deh... sekarang mama caca gak lagi suka ama lagu itu...

MBAK CACA, BUKAN DEK CACA.....

Kalau masih kuecil ya.. dipanggilnya dek Caca. Kalo sudah besar ya.. mbak Caca..” Demikian caca selalu memberi alasan tentang perubahan panggilan di depan namanya. Caca emang merasa sudah gede sekarang. Banyak hal yang udah mulai bisa dilakukannya sendiri, meski masih terbatas kemampuan layaknya bocah umur tiga tahun lebih.

Lucu juga memperhatikan tingkah bocah kecil yang sudah merasa besar itu. Bahkan terkadang caca suka bergaya di depan kaca sambil bernyanyi: “kutelah dewasa.. ou..ou.. (yang ini niruin iklan produk pemutih di televisi). Kik.. kik.. langsung aja abah dan mama caca ketawa. Bocah belum genap empat tahun kok ngaku sudah dewasa.

Karena merasa sudah besar itulah, caca paling sebel kalo ada orang yang memanggilnya dek caca. Suatu kali caca lagi bad mood. Minta ini, minta itu. Lalu nangis kenceng banget. Saat itu ada tetangga lewat dan menyapa caca. “dek caca... dek caca..” Tangis caca tambah kenceng disapa kayak gitu. “Udah bad mood, dipanggil dek caca lagi,” begitu mungkin pikirnya. Akhirnya mama caca berbisik ditelinga caca. “Makanya jangan suka rewel. Jadi dipanggil dek caca tuh. Soalnya, kalo anak masih suka nangisan, pasti dikiranya masih kecil..” Mendengar bisikan itu, caca langsung terdiam. Tangisnya berubah jadi isakan. Mama caca langsung memeluknya dan mengajak caca bercanda. Wow, dapet senjata baru nih buat ngadepin si sulung kalo lagi rewel. Tapi ampe kapan ya.. senjata mama caca cukup ampuh. Setiap hari memang harus ada trik baru buat menghadapi si sulung yang mengaku sudah “dewasa itu”. Hehe...

Monday, May 19, 2008

CACA ‘N KIKA

Caca punya adek baru. Namanya Kika. Dan sebagaimana caca yang memiliki full name Izzatin Rofiqoh. Kika juga punya full name yang agak gak nyambung dengan call name-nya. Nama lengkap Kika adalah Aini Zakiyya.

Meski antara full name dan call name-nya agak jauh nyambungnya. Namun kedua nama panggilan itu memiliki sejarah yang berbeda. Tentang Izzatin Rafiqoh yang dipanggil Caca, mama caca udah pernah menulisnyas diblog ini. Tapi mengenai panggilan Kika untuk Aini Zakiyya, memang tak ada cerita khusus. Aini Zakiyya dipanggil Kika agar lebih mudah diingat, unik dan terdengar lebih puitis jika disebut bersamaan dengan nama sang kakak. Caca dan Kika. Tentu lebih terdengar puitis dibandingkan Caca dan Aini misalnya.

Selebihnya, baby yang lahir melalui operasi Caesar (sebagaimana kakaknya) pada 14 Februari 2008 ini adalah hadiah terindah dari Sang Pencipta bagi kedua orang tuanya. Dan semoga ia terlahir sebagai manusia yang beruntung. Menjadi anak yang baik, berguna bagi masyarakatnya, serta selalu dalam ridlo Tuhannya. Amin.