Monday, July 23, 2007

LELAKI TUA DAN SEEKOR KUCING

Suatu siang. Seorang lelaki tua duduk sendiri. Sepi. Seluruh anggota keluarga sibuk dengan urusannya masing-masing. Tak ada yang peduli, seorang lelaki tua sedang ingin ditemani. Untuk berbincang sekedar demi pengusir rasa sepi. Atau sekedar mengenang hari-hari yang pernah terlewati.

Ah, mungkin terasa aneh jika lelaki tua itu merasa sunyi. Bukankah dia lelaki yang terkenal di seantero negeri. Wajahnya kerapkali menghiasi majalah, koran, sampul-sampul buku atau tevelisi. Namanya tertera di berbagai organisasi. Tapi itulah yang terjadi. Mungkin melewati hari-hari di ruang rapat atau diskusi tak akan setara dengan kebersamaan di ruang makan atau di teras depan rumah. Suatu kali bercanda dengan anak cucu lebih dirindukan daripada berjumpa dengan seribu orang di berbagai forum. Dan siang ini dia kembali merasa sepi. Sepi bukan karena tak ada lagi orang yang mengenal atau menunggu-nunggu kesempatan bertemu dengannya. Tapi rasa sunyi yang tumbuh karena siang itu terlewati tanpa ada yang menemaninya melewati hari dengan sederhana. Melewati hari dengan sekedar bercerita atau bersenda gurau seadanya.

Saat sunyi kian terasa. Seekor kucing tampak melintasi ruangan. Bejalan pelan. Lalu terbaring tepat di samping si lelaki tua. Dielusnya kepala binatang rumahan yang katanya gemar mencuri ikan itu. Si kucing tampak menikmati elusan sayang di kepalanya. Ia terkantuk-kantuk. Kedua makhluk Tuhan itu tampak saling mengulum senyum. Mungkin mereka saling merasai arti kehadiran satu sama lain. Dan wajah sepi mulai berganti warna-warni..

No comments: